Rabu, 06 Juni 2012

KARYA SENI


Illustrasi Sejarah

Aku mengikuti beberapa seminar sejarah keberadaan Tun Sri Lanang yang membahas tentang perjalanan sejarahnya. Aku tertarik untuk menelaah hal ini mengingat pentingnya informasi ini diteruskan ke generasi mendatang.

Dari berbagai leteratur dan makalah para pakar, aku tuangkan ke dalam goresan sketsa, guna menyederhanakan cerita tentang sosok ini.

Tak lupa pula kutuliskan syair ringkas dari apa yang kubaca dan kudengar. Ada juga yang sudah dijadikan nyanyian yang diberi judul MARS TUN SRI LANANG.
Singkat cerita dari yang kubaca, Tun Sri Lanang adalah seorang Datok Bendahara di negeri jiran Malaysia, tepatnya di Batu Sawar, Johor. Beliau dibawa ke Aceh pada tahun 1613 M, tatkala terjadi penyerangan oleh Iskandar Muda ke negeri itu.  Di Aceh Tun Sri Lanang diberi wilayah kehulubalangan Samalanga. Di sana beliau mangkat.

Meskipun masih perlu penelaahan lanjutan, aku memberi apresiasi kepada para sejarawan yang mengungkap informasi ini.


1613-1615
Sebagai Penduduk Samalanga

Tunduk patuh layaknya kaum tertawan
Tak bantah berbagai titah
Jauh berharap menatap negeri
Tertinggal di seberang sana
Hari berlalu berhias renung
Tiada bersesal terusung nasib
Nikamati negeri baru luar duga

Untuk kuat ungkap suasana masa
Tuntaskan karya sastera
Pemilik ragam talenta makin terkagumi
Tutur dan fatwa terpercaya
Kasih sayang sesama menyeluruh
Tiada bantah pinta khalayak
Sama berbagi tak pilih kasih

Sekejab Samalanga tumbuh kembang
Kerumunan ikan gelepar di jaring
Hijau ladang lambungkan panen
Kuning padi padati lumbung
Laksana tetes minyak di air
Hingga akhirnya semua meminta
Utus satu pemuka yang pantas pimpin mereka

1614

Menyelesaikan Sulalat al Salatin di Samalanga

Buku Sulalat al Salatin mulai ditulis pada 1612
Di Johor, Malaysia
Dalam status masih sebagai tawanan
Tun Sri Lanang melanjutkan karya besar itu
Tahun 1614, buah tangan bernilai tinggi rampung
Sosok penulis yang setara Shakespeer di Eropa
Patut menjadi milik nusantara
Bahkan semua negeri Melayu di Asia Tenggara 





 1615 
Ekspedisi Ke Kutaraja Perampasan Siwah


Kapal belayar tumpangi utusan
Menghadap Sultan di Kutaraja
Tun Sri Lanang turut serta
Alasan cendekia berbudi tentunya
Panglima Peut Misee pimpin ekspedisi

Sultan mafhum hasrat penduduk
Bertitah syarat bagi sosok raja Samalanga
Sebilah siwah ditunjukkan
Bagi yang punya layak bertahta

Utusan pulang nyatakan sedia
Temukan pemilik siwah
Tak tersirat pemilik di tengah mereka
Tun Sri Lanang berdiam hampa

Layar kembali tuju saudara
Perjalanan tidak semulus pergi
Seputar Laweung, Pidie, kapal diterjang badai
Seluruh awak bertahan selamatkan diri
Tak pun peduli pakaian tercabik

Badai laut buka tabir pemilik
Siwah terselip tersaksikan
Panglima Peut Misee membelalakkan mata
Saling rebut dan bertahan jadi adegan
Tun Sri Lanang selamatkan warisan leluhur

Tiada pilihan lain
Diri mencebur ke laut, siratkan tak rela
Siwah pusaka terbawa serta




 Dua Belas Masyarakat Menghadap 
Sulthan Iskandar Muda




Tun Sri Lanang Tak Diperkenankan Masuk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar