Senin, 11 Juni 2012

TRADISI BUNGA DI ACEH






Wangi Bunga Aceh
Para wanita Aceh telah memanfaatkan aroma beberapa jenis bunga untuk ciptakan suasana nyaman dalam ragam acara atau perhelatan, ritual tertentu seperti ziarah, dan lain sebagainya. Wangi yang dimanfaatkan untuk itu masih dalam wujud bunga segar yang ditempatkan dalam wadah tertentu seperti dalong, talam, atau wadah terbuka lainnya.
Sekurang-kurangnya ada tiga jenis bunga yang terkenal di Aceh dan kerap menjadi trade mark dalam berbagai penamaan, seperti sanggar, kelompok kerja masyarakat, group tari, dan sebagainya. Jenis bunga dimaksud yakni, bungong jeumpa (bunga cempaka), bungong seulanga (bunga kenanga), dan bungong meulu (bunga melati). Ke-tiga jenis bunga tersebut memiliki wangi yang berbeda dan mampu dibedakan seketika. Bentuk dan jenis tumbuhannya pun berbeda, meskipun batangnya memenuhi unsur kayu. Cempaka memiliki bentuk panjang lancip dan memiliki dua jenis warna yakni, kuning dan putih. Pohonnya tinggi hingga mencapai belasan meter.
Kenanga juga memiliki pohon yang tinggi seperti cempaka, namun ada juga berjenis pohon rendah. Bunganya berwarna hijau kekuningan dengan bentuk seperti daun memanjang. Melati memiliki pohon yang rendah, paling tinggi seukuran manusia. Warna bunga ini putih bersih, namun dari jenisnya ada yang terdiri dari satu kelopak bunga, ada yang berlapis.  
Tak jarang pujian kepada gadis tertentu diibaratkan seperti bunga-bunga ini yang sering diungkap lewat syair lagu. Di saat farfum belum dikenal luas di Aceh, para wanita menyematkan bunga-bunga ini pada sanggul mereka. Ketiga bunga ini dirangkai memanjang untuk mudah dililitkan pada sanggul.
Masyarakat Aceh sudah memanfaatkan aroma bunga alami ini sejak masa kerajaan dulu. Untuk mengharumi istana, bunga-bunga ini ditamam di taman sehingga tatkala mekar keharuman menyusup ke ruang istana. Untuk mengharumkan ruangan, ketiga jenis bunga ini ditempatkan dalam wadah tertentu seperti diceritakan di atas. Keharuman yang disebarkan bunga-bunga ini bertahan kurang lebih hingga tiga hari, sebelum kering pada hari selanjutnya.
Semerbak ini juga dimanfaatkan masyarakat Aceh masa lalu untuk pelengkap aroma pelaminan  sekaligus bahan dekorasi. Belum lagi untuk ritual tertentu yang mentradisi di tengah masyarakat, seperti peusijuk, peusunteng, dan lain sebagainya. Memang banyak jenis bunga yang digunakan masyakat Aceh terdahulu, seperti bunga tanjung, mawar, dan lainnya, namun tidak sehebat kharisma ke-tiga bunga ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar