Kamis, 07 Juni 2012

REKONSTRUKSI SITUS

Mesjid Teungku (Tgk) Lambaet, Bireuen

‘Saya hadir ke lokasi mesjid kuno Tgk Lambaet pada tahun 2009, setelah diinformasikan seorang kerabat, Om Nawi namanya. Pada tahun 2011 saya bersama tim purbakala Aceh untuk menentukan koordinat lokasi mesjid tersebut. Setelah melalui pengukuran dan menelaah beberapa literatur, saya mencoba merekonstruksi bentuk mesjid kuno tersebut”.

ABSTRAKSI
 
Mesjid Tgk Lambaet merupakan peninggalan Tgk Malem Puteh atau lebih dikenal dengan panggilan Tgk Lambaet. Belum diperoleh informasi lebih banyak mengenai sosok Tgk Lambaet tersebut serta waktu yang pasti ulama ini membangun mesjid. Namun dari cerita turun temurun, masyarakat tempatan menginformasikan keberadaan Tgk Lambaet di Desa Awe Geutah Paya sebelum Belanda masuk ke Aceh.

Melihat namanya, Lambaet, merupakan nama sebuah desa di Aceh Besar yang terletak di kawasan Krueng Kalee, lewat Darussalam menuju Blang Bintang. Umumnya, masyarakat mengatakan bahwa Tgk malem Puteh memang berasal dari Aceh Besar. Sudah menjadi tradisi masyarakat Aceh untuk menyebutkan nama sosok dihormati sebagai guru, dengan menyebut asal daerah dari sosok tersebut. Dengan demikian tidaklah mustahil nama asal Tgk Malem Puteh dikenal dengan Tgk lambaet. Begitupula dengan mesjid karyanya yang hingga kini dikenal masyarakat sebagai Mesjid Tgk Lambaet. Beliau datang ke Desa Awee Geutah Paya dan menetap di sana untuk mengajar Al Quran bagi penduduk tempatan hingga akhir hayatnya. Makamnya yang terlindungi bangunan tradisional Aceh, terletak tidak jauh dari lokasi mesjid tersebut.

Mesjid Tgk Lambaet berada di Desa Awee Geutah Paya, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen. Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh, koordinat mesjid ini berada pada UTM 47 N 0255070 05668750.

Lokasi mesjid tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi rumah Tgk Awe Geutah yang juga dikenal masyarakat tempatan sebagai ulama yang berjasa menyiarkan agama Islam di Desa Awee Geutah. Rumah peninggalan Tgk Awee Geutah dikenal dengan Rumah Awee Geutah dan selalu terpelihara karena ada keluarga yang menempati. Di samping itu beberapa bantuan dari Pemerintah Aceh kerap diberikan untuk pemugaran atau pemeliharaan. Pada rumah itu terpahat ukiran bersanat 1271, yang dapat disinyalir bahwa rumah Awee Geutah tersebut dibangun pada tahun 1271 tanpa identitas tahun. Namun banyak pendapat menyatakan bahwa kebiasaan ulama menulis dalam tahun Hijriah. Oleh karenanya, dapat disimpulkan sementara masa pembangunan rumah itu yakni berkisar tahun 1271 H. 


Pada bangunan mesjid terlihat bekas pondasi yang terbuat dari ikatan batu kali dengan tanah liat. Bagian tertentu yang masih utuh terlihat lapisan penutup ikatan batu kali dengan tanah tersebut dilapisi plesteran campuran kapur dan pasir. Plesteran yang berwarna putih tersebut tidak terlalu tebal, rata-rata sekira 1,5 hingga 2 cm. Ikatan batu kali berlapis plesteran ini juga terdapat pada dinding keliling makam Tgk Lambaet. 

 Dari denah puing tersisa yang diukur di lokasi luas bangunan mesjid adalah 7,6 x 7,6 meter persegi atau 760 cm x 760 cm. Tebal tembok dinding keliling adalah 50 cm. Dengan demikian, luas bagian dalam mesjid tempat jamaah melakukan shalat adalah 660 cm x 660 cm persegi. Jumlah saf dalam mesjid tersebut diperkirakan 5 baris dengan perkiraan lebar baris didasarkan ukuran sajadah yakni 120 x 60 cm persegi. Sementara jamaah dalam satu baris berjumlah 660 cm dibagi 60 cm, yakni 11 orang. Melihat kondisi mesjid yang tidak memiliki mihrab, tempat khusus imam, maka saf pertama ditempati pemimpin shalat. Saf ke-2 sampai dengan 5 merupakan tempat jamaah dengan jumlah keseluruhan 4 dikali 11 orang. Dengan demikian, jamaah yang tertampung dalam mesjid itu berjumlah 44 orang. Demikian laporan sementara rekonstruksi Mesjid Tgk Lambaet, di Kecamatan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, dengan harapan dapat dijadikan bahan pengayaan dalam mengungkap perjalanan sejarah perkembangan Islam di Bireuen, maupun Aceh secara umumnya.


Pustaka 
  • Lombard, D, 2008, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta 
  • Munir, M M, Kumpulan Kaligrafi Islam, 1993, Apollo, Surabaya

5 komentar:

  1. Bagus, itu menyenangkan, makasih...

    BalasHapus
  2. saya salah satu keturunan tgku lamkubu yg makam nya ada di blkg meunasah desa riseh baroh kecmtn sawang,beliau adalah kerabat dekat dengan tgk malemputeh atau tgku lambaet beliau juga kerbt dkt dngn tgk dilambayong yg di utus oleh raja aceh upucok krueng pangah bgtlh singkat cert nya untk lbh jelas nya silahkan dtg ke desa riseh kec sawang aceh utara

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum
    Dayah Tgk malem puteh (Tgk lambaet) cabang Dayah ini di Gampong lambaet kec.Kuta Baro kab.Aceh besar nama Dayah di lambaet yaitu Dayah cot rumoh tutong...mohon info nya diberi tau kepada penjaga Dayah tgk.malem tersebut yang bahwa cabang Dayah tersebut ada di desa lambaet,Kuta Baro,Aceh besar
    Terima kasih

    BalasHapus