Selasa, 25 Februari 2014

SATRA KOLABORASI

Kolaborasi Berujung Mimpi



Dalam hitungan bulan Abdul Kolaboy tidak menemui kekasihnya Siti Kolabayanti. Sepasang anak manusia berlainan jenis ini terakui oleh lingkungan di kotanya sebagai pasangan serasi. Beberapa bulan lalu pria paruh baya ini bertugas ke daerah lain sesuai permintaan tempatnya bekerja. Saling merindu sudah selayaknya menjadi pendamping mereka masing-masing. Kali ini Siti Kolabayanti tidak ingin melayani kabar dari Kolaboy, “pedih,” kata Siti dua minggu silam. Kolaboy memahami hal ini dan tidak pun dibantahnya penyataan kekasih yang sangat dicintainya itu. Selain kesibukan Kolaboy yang luar biasa dalam melayani tamu dari kantor pusat, ia juga harus menyelesaikan tugas-tugas kantor yang menumpuk. Hanya ingatan kepada kekasih di lain kota itulah yang membesarkan hati Kolaboy sehingga dia mampu menikmati kesibukannya. Di tengah kesibukan berbagai hal, Kolaboy mendapat berita tentang upayanya memenuhi permintaan Kolabayanti tidak berhasil. Dihubunginya berbagai kerabat yang pernah dimintai pertolongan terkait upaya itu, namun pengakuan tidak memuaskan dirinya. Hatinya berkecamuk berat di tengah kelelahan dan kerinduan. Dalam beberapa hari itu, Kolaboy bergumul dengan tiga suasana, kesibukan, kerinduan, dan kejengkelan karena malu serta kecewa karena tidak mampu memenuhi permintaan Kolabayanti yang dikasihinya itu. Dalam kolaborasi ketiga suasana itu, Kolaboy terlelap lebih cepat dari malam biasanya. Jelang pagi, Kolaboy bermimpi dikunjungi Kolabayanti ke meja kerja di rumahnya. Kekasihnya itu datang dengan gaun biru mirip daster, berbintik hitam di dasar motif batik coklat sekitar bagian dada saja. Dia tersenyum menghampiri ke meja itu seraya memperhatikan Kolaboy mengetik. Semula Kolabayanti bertubuh langsing namun tatkala mendekat posturnya sedikit gemuk. Sementara wajahnyapun tanpa kosmetik, terkesan alami dan klasik. Setelah adegan jelas dalam mimpi itu terlintas layaknya tayangan telenovela, ia-pun terjaga. Tentu pria itu membayangkan tentang kondisi wanita pujaannya disertai bermacam dugaan. Setelah matahari mulai meninggi pagi itu, dengan sedikit sungkan dia pun menghubungi Kolabayanti dan menceritakan mimpinya. “Hantu,” ungkap Kolabayanti singkat. Kolaboy memaknai peristiwa ini sebagai anugerah Tuhan untuk menyelesaikan persoalan hambanya, manakala tak mampu diselesaikan. 24.02.14   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar