Senin, 13 Januari 2014

CERITA BUKU CERITA


Dokumen Perencanaan KIB
Batee Glungku

Buku Itu Mulai Berkisah
 
Gudang logistik, 2006
Aku melintas di Batee Glungku pada siang cerah Selasa, 07 Januari 2014. Jelas terlihat apa yang telah bangkit di kawasan itu. Tidak berlebihan jika aku cukup gembira melihat ada aktivitas orang-orang bekerja di tempat itu. Terlintas hujatan beberapa rekan terhadap Pak Mustafa A Glanggang dan aku beberapa tahun silam, tatkala aku bertugas di Bireuen. Terberat dalam ingatanku, pada tahun 2008, beberapa rekan jurnalis mengkomplain tentang konsep bangkitan kawasan industri tersebut yang hanya dilakoni para pedagang air tebu peras. Namun, kegembiraanku hari itu cukup beralasan manakala waktu gerakan pertumbuhan terjawabkan, yakni sejak tahun 2006.
 
Gudang Usaha, 2013
Pada tahun 2007, aku bersama beberapa rekan aparatur dan masyarakat tempatan, termasuk Adli Calok, melakukan pemetaan ulang terhadap luas kawasan. Luasnya kurang lebih 795 hektar yang terdiri dari perbukitan dengan ditubuhi semak belukar. Mereka cukup antusias menyahuti rencana itu, yang aku maknai dari pertemuan di Mesjid Kubu Lapan. Aku sampaikan juga perencanaan yang telah dibuat semasa Bupati Bireuen dijabat Pak Mustafa A Glanggang. “Yang direncanakan adalah Bireuen Industrial Estate,” kataku dalam pertemuan itu. “Tujuannya adalah untuk menghambat uang-uang yang melintas dari jalan ini,” sambungku lagi seraya menjelaskan konsep sekatan uang mengalir ke luar melalui lintasan jalan Medan-Banda Aceh. “Pelintas baik pribadi maupun dengan bus umum harus mampir di sini,” kataku seraya bergurau di warung air tebu suatu ketika.
 
Pusat Pelatihan Tenaga Kerja, 2010
Pada tahun 2008, aku bersama beberapa jurnalis Bireuen pernah melakuan survey informal melalui tanya jawab yang dilaporkan lewat tulisan. Umumnya karya mereka berkualitas untuk pencermatan kondisi lapangan, meskipin beberapa dari mereka komplain. “Dulu katanya mau buat kawasan industri, tapi kok yang ada orang peras air tebu,” komen mereka. Aku mencoba menjawab seadanya dengan berlandaskan konsep menggetarkan lahan untuk sebuah pertumbuhan ekonomi masyarakat. Minimal dengan jawaban itu aku juga memperoleh ilustrasi tentang cara berfikir dari yang tidak setuju tanpa sebab itu. Suatu kali dalam diskusi dengan mereka, aku mendapatkan dua jawaban sekaligus, yakni ketidaksepahaman mereka dengan Pak Mus dan sesama para jurnalis itu sendiri. Hal ini lumayan menarik bagi pencermatanku tentang respon berbagai elemen dalam menyahuti sebuah konsep ekonomi kawasan.
 
Pertokoan Swasta, 2013
Aku berusaha untuk mendapatkan angka kisaran tahun tentang perkembangan fungsi lahan di Aceh. Rentang waktu dalam kisaran tahun, sejak perencanaan hingga membangun imej para pelaku investasi yang pada akhirnya melakukan aktivitas di tempat itu menjadi penting untuk diketahui berbagai pihak berkepentingan, untuk dapat dijadikan indeks atau faktor-faktor yang mempengaruhi.
 
Pertokoan Swasta 2013

Pertumbuhan kawasan Batee Glungku yang di-launching pada 2006  hingga membangun daya tarik pada 2012, rentang waktu yang diperhitungkan selama 6 tahun. Masa ini memaknai, bahwa jika suatu konsep ekonomi kawasan akan diusung, manfaat pertumbuhan akan menggeliat pada enam tahun mendatang. Artinya, setiap perencana tidak perlu cemas terhadap kurangnya tanda-tanda pertumbuhan di tahun pertama dan kedua. Begitulah kehendak alam adanya. 

Dokumen Kawasan, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar