Rabu, 06 November 2013

ISU NARKOBA TERHADAPKU

Isu Narkoba Terhadapku

kondisi mataku, 5 Nopember 2013
Pada malam Senin, 3 Nopember 2013, aku dipanggil Bupati Hamdan Sati untuk minum kopi di Starbuck, Jakarta.  Bersama aku turut Rachmatsyah Nusfi, karena bersama pulang dari pertemuan Anyer Kaft sore itu. Ketika baru beberapa menit duduk di tempat itu, Bupati Hamdan berseloroh kepada Rachmat, “sudah kau bilang mat ?,” tanyanya kepada Rachmat. “Belum,” kata Rachmat. Setelah beberapa lama mereka berkelakar dengan bahasa yang kurang kupahami, akhirnya Bupati Hamdan bersikap untuk menanyakan sesuatu hal kepadaku, “gini sek, aku juga kaget ada yang memberitakan kepada aku bahwa kau pemakai sabu ya,” katanya sambil menjelaskan beberapa ciri padaku yang mengindikasikan pengguna narkoba. Aku tidak kaget dengan berita serupa itu, karena ketika hendak pelantikannku, selebaran bahkan koran yang mengbarkan aku korupsi puluhan milyar beredar di kabupaten itu. Tentu aku jawab juga pertanyaan Bupati Hamdan, “ya biasalah, macam-macam aksi orang untuk mengungkap ketidaksetujuan terhadap kita, tinggal kita saja yang cerna gejala apa seperti ini” kataku. Alasan Bupati Hamdan yakni gigi depanku yang patah dan berlobang di tengah merupakan ciri pengguna sabu.
 
kondisi gigiku, 5 Nopember 2013
Seingatku, ketika jelang akhir bekerja di Bireuen pernah juga diberitakan tentang aku memakai sabu. Hal itu disampaikan oleh Samsul Juli, kerabatku yang juga ketua asosiasi salah satu kontraktor di Bireuen. “Kata orang itu dia berani sumpah melihat Pak Raju memakai sabu, seusai shalat Jumat,” cerita Samsul. Aku penasaran ingin mengtahui sosok orang penebar berita serupa itu, namun Samsul tetap merahasiakannya hingga narasi ini kutulis. “Menurut orang itu, mana mungkin Pak Raju kuat sekali kerja, tentu pakai sabu,” jelas Samsul lagi. Di tahun 2011 itu aku sudah mulai berfikir untuk tidak terusik dengan isu semacam itu hingga aku temukan satu nama penebar cerita itu di Bireuen, yakni WEA, kontraktor muda yang baru mengenal alam.


Aku menyimpulkan sementara, berbagai isu berpeluang untuk menerpa seseorang dalam rangka memupus ragam kompetensi yang dimiliki sesuai profesinya. Namun sebagai objek terpaan isu yang tidak berdaya melawan dengan kemampuan debat berkepanjangan, sebaiknya diam seraya membangun pembuktian yang beresensi pembantahan. Konon lagi isu pengguna sabu yang dapat dibuktikan seketika lewat pemeriksaan laboratorium. Terpenting dari pengalaman ini, tentang diperlukannya strategi membangun mindset publik dalam hal berkompetisi. 

5 komentar:

  1. Nahkoda yang handal mampu berlayar dilautan badai, pak.
    Good Luck...

    BalasHapus
  2. ha ha ha, alex, ya kita hanya bisa curhat dengan Tuhan dan alam.

    BalasHapus
  3. Tuhan dan alam pun mungkin hanya bisa tersenyum mendengar curhat kita saat ne pak, seolah-olah dah paham betul bhw mang dah beginilah templates nya dari sana nya.
    Ha..ha..ha..
    Peace ah...

    BalasHapus
  4. Tapi yakinlah, tidak semua orang dianugerahi cara menikmati keadaan oleh NYA

    BalasHapus
  5. itulah namanya dunia pak,saling bersaing untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara.
    #akil azizi(anak alm,pak yan consultan bireuen)

    BalasHapus