Rabu, 27 November 2013

POSTER PEMILU TANPA JERAWAT

Poster bebas jerawat dan jerawat nyasar

Pagi Sabtu (23/11/13) lalu, aku sarapan bersama Faridsyah (kami biasa memanggil Farid atau Payed) di Cafe Buk Nunung, Keudah, Banda Aceh. Buk Nunung bercerita bahwa ianya akan ikut dalam pemilu legislatif pada 2014 mendatang seraya memperlihatkan foto yang dipersiapkan untuk itu. Foto itu bagus dan Buk Nunung terkesan lebih muda dari usianya saat ini. Kami menduga dan berkomentar foto itu dikoreksi dengan teknologi computerized yang baik sehingga kandidat perempuan salah satu partai nasional ini membantah. Lantas aku dan Faridsyah bercerita tentang poster beberapa teman yang juga ikut kompetisi politik tahun depan. “Foto si Itu kok tidak berjerawat lagi,” kata Faridsyah sambil menjelaskan beberapa poster kawan-kawan sudah dilekatkan di pohon besar tepi jalan. “Ah, belum apa-apa mereka sudah tidak jujur dengan memperlihatkan wajah bukan seperti aslinya,” ungkap Farid lagi. “Iya ya, jerawat kawan kita itu kan selalu panen di wajahnya,” kataku memperkuat pernyataan Farid sambil mempertanyakan bagaimana mungkin jerawat ranum nanah di wajahnya berubah menjadi mulus seketika. “Tapi, jerawat itu kan dikikis dengan komputer dan pasti bergentanyangan di alam maya juga,” kataku lagi. Buk Nunung mendengarkan cerita itu dengan berdiam diri seraya mengusap-usap fotonya di dalam plastik transparan. “Jadi ?,” tanya Farid penasaran. “Apa yang jadilah. Jerawat-jerawat terkikis itu mencari wajah mulus di alam maya juga lah,” kataku sepintas. “Jadi ?,” tanya Farid lagi disambut gerak Buk Nunung yang ingin tahu juga. “Ya menempel di foto-foto kandidat lainlah, khususnya poster kandidat perempuan, karena asal jerawat ranum itu dari kandidat pria,” kataku disambut kecemasan Buk Nunung. “Tenang,” kata Farid, “kita minta tolong Si Amat, biar dia lukis aja”. “Tepat yed, karena lukisan bukan produk komputer sehingga jerawat gentayangan tidak bisa nyasar kan?,” jelasku seraya menenteramkan beberapa pengunjung lain di meja sebelah yang mulai mangut-mangut. “Kalau gitu cepatlah bawa Bang Amat kemari Sek, “ teriak Buk Nunung mengiringi gerakku bersama Farid menuju mobil. “Iyaa.....,” sahutku semakin menjauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar