Senin, 04 November 2013

MENILAI PROFESSOR

Menilai Professor di Warung Kopi

Sekira pertengahan April tahun 2013, aku memenuhi ajakan beberapa rekan untuk minum kopi di Banda Aceh.  Orang-orang banyak bercerita bahkan memperolok-olok tentang kinerja para professor di lingkup aparatur Pemerintah Aceh beberapa tahun terakhir. Kata banyak orang, mereka tidak mampu melakukan aplikasi tugas pokok yang menjadi tanggungjawabnya di masing-masing institusi yang dipercayakan sehingga dianggap gagal. “Padahal mereka merupakan guru besar di perguruan tinggi terkenal di daerah ini,” ungkap beberapa pegawai berseragam warna khaki di warung kopi kawasan Ulee kareng, tempat mangkal aparatur minum kopi sambil menghujat keadaan setelah apel pagi.
kolaborasi antar angkatan alumni FT, 7 September 2013
Dalam bahasan di warung kopi itu, sebagian aparatur berkomentar, “mengelola pemerintahan tidak dapat dibandingkan langsung dengan tingkat pendidikan”. Kemampuan aparatur dalam melakukan eksekusi kegiatan pemerintahan yang sudah terpola sejak awal bekerja, tidak dimiliki oleh para akademisi kampus. Sementara, kemampuan teoritis yang melekat pada diri masing-masing professor tidak pula serta merta dapat dijadikan ukuran kemampuan untuk melakukan langkah eksekusi.

Pada pertemuan Kaft di Anyer, Banten, 2-3 Nopember 2013, beberapa alumni junior yang bekerja di luar Aceh mengeluhkan juga tentang keadaan ini. Artinya, mereka masih peduli terhadap perkembangan kampus Unsyiah, khususnya Fakultas Teknik. “Bertahan di kampus dengan memproduksi lulusan berkualitas jauh lebih mulya dari pada menjabat di birokrasi,” kata salah seorang dari para junior itu.  Tidak itu saja, kegagalan mereka berpengaruh terhadap kompetensi kampus berikut para alumninya,” sambung yang lain.


Ketika itu aku coba menyimpulkan sementara, bahwa variabel pengalaman yang membangun keterampilan juga merupakan pendidikan bagi aparatur selama perjalanannya. Persoalannya, pengalaman ini tidak terukur dan belum diakui sebagai nilai tambah dalam kriteria kompetensi. Minimal kesimpulan tanpa penelitian ini dapat menetralisir perasaanku terhadap hujatan beberapa orang di tempat itu terhadap beberapa professor yang aku yakini telah membangun kompetensi perguruan tinggi di Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar