Minggu, 09 Juni 2013

APRESIASI SASTRA

Dalam sastra roman Melayu, ungkapan bahasa lazim dipengaruhi dialek yang kadang kala sukar dipahami para pembaca umumnya. Tatabahasa yang dituliskan boleh ditafsirkan akibat pengaruh perkembangan satra Indonesia terhadap gaya bahasa Melayu. Hal ini bukanlah hal keliru karena tuntutan dari karya ini nikmat dibaca oleh pihak tertentu.

 

Menembus Kaseh

          Se-masa dengan kisah kejayaan Bendahara Johor 1613 M, Tun Sri Lanang, terkisah pula jalinan dua insan Datok Merindu Aruma Rungga bersama Putri Tunggal Sari Ratna Mutu Manikam dalam pesta budak-budak menari. Pujangga tak bernama ini berharap hikayat ruman sejarah ini berulang pada masa empat abad kemudian. Alkisah, Datok sangat senang pada delapan hari bulan Juni bertepatan 29 Rakjab kerana ada kesempatan pertemuan keduanya. Ia melarikan kereta cepat sekali dari arah timur tempat itu untuk menikmati rona indah pipi kekasehnya, Putri Tunggal Sari Ratna Mutu Manikam binti Datok Saif bin Saliman. Semula Putri sedikit marah dalam perjumpaan itu. Tapi tatapan matanya tajam menembus dada Datok tatkala seliseh jalan di bilik pesta. Sesekali Datok melirik kekasehnya yang duduk berselang oleh beberapa kursi puan-puan. Datok menerawang kepada hal-hal keelokan tubuh Putri dalam mata melolong. Utaknya berfikir keras sekejab itu seraya senyum dalam arti yang tidak tercakap. Jemarinya meremas geram, laksana memecahkan bola. Putri yang hari itu memakai baju kurung renda oranye sungguh elok dan membuat hati Datok meronta ingin tuai hasrat bersama. Tak lama Datok bercakap-cakap usai  pidato, Putri datang duduk di kursi sebelahnya yang kosong. Jari Putri terhimpit telapak tangan Datok entah sengaja atau tidak. Putri menarik dengan sungging bibir antara marah-marah tidak. Dalam penantian pulang Putri berdiri di sisi membelakang Datok yang lagi duduk bersama seorang kerani pesta asal Buket Tekung, Aswin Panjang bin Guru Toyor. Datok yang sedang bergelora dada mengusap bahagian belakang Putri sekadar melepas rindunya berbulan. Putri mengerti ihwal perasaan Datok tanpa meronta. 

             Dalam terik mereka bersepakat mencari santapan siang bersama beberapa Cek Gu perempuan. Datok memilih duduk di hadapan Putri pada meja makan panjang. Putri cekatan memesan santapan semuanya sambil mengatur duduk penyantap. Dipilihnya duduk sebahu dengan kesasehnya, Datok Merindu Aruma Rungga. Mereka banyak saling canda yang dinikmati rekan lainnya. Ketika pulang Putri mengajak Datok singgah ke rumahnya, tapi keadaan Datok letihlah amat. Putri maklum dan tidak marah serupa masa lalu-lalu.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar