Minggu, 09 Juni 2013

RUMAH ACEH TMII

lukisan rumah Aceh, 2013

Rumah Aceh di Taman Mini Menurut Rachmat

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan kawasan wisata yang berisikan berbagai bangunan tradisional dan adat yang terdapat di seluruh nusantara. Tidak ketinggalan, pada kawasan seluas 150 hektar itu terdapat rumah tradisional Aceh beserta bangunan pelengkap lainnya. TMII yang dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 tersebut saat ini menjadi ajang pembelajaran arsitektur, terlebih lagi bagi para mahasiswa peminat di bidang itu.

Menurut Rachmatsyah Nusfi, arsitek tradional Aceh, rumah Aceh di Taman Mini Indonesia Indah sejak awal pembangunannya sudah salah dari aspek proporsional, “di samping terlalu besar dari ukuran rumah masyarakat Aceh secara umum,” katanya.  “Rumah itu terbatas untuk pajangan belaka,” katanya.

“Kehadiran rumah Aceh tersebut tidak dapat dijadikan representasi rumah tradisional Aceh,” ungkap Rachmat. Menurut pengakuannya, maksud kehadiran rumah Aceh sebagai pengenalan rumah tradisional di tingkat nasional, akan tergiring keliru berkelanjutan jika diperuntukkan sebagai bahan kajian akademis. “Karena pembuatan rumah Aceh yang ada di Taman Mini itu tidak didasari atas rumus atau satuan ukuran tertentu,” kata Rachmat. Menurut Rachmat, sebenarnya rumah Aceh itu bukan rumah adat, hanya rumah tradisional yang merupakan bangunan golden section, yakni rumah yang memiliki satuan ukuran standar matematis.

“Keberadaan arsitektur rumah Aceh lazim direspon secara tendensius oleh kalangan tertentu,” kata Rachmat dalam setiap seminar arsitektur di Banda Aceh. “Padahal jika dikaji, pembuatan rumah Aceh sarat logica dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,” katanya.


Namun demikian, ianya memaklumi perjalanan suatu proses pengungkapan arsitektur lazim dipengaruhi pemikiran sesaat yang berbeda. “Menurut tingkat pemahaman komunitas tertentu,” jelasnya.  Dalam menyikapi keadaan, Rachmat berharap kepada pemerintah yang berwenang untuk merenovasi bangunan rumah tradisional itu, agar dapat melakukannya sesuai dengan kaedah-kaedah yang telah mentradisi di kalangan para tukang pembuat rumah (utoh). “Agar dapat melanjutkan perjalanan arsitektur sebagai aset bangsa,” pungkasnya. 

1 komentar: