Senin, 24 Juni 2013

SASTRA PULAU GALANG


Sastra Asia Tenggara lazim dipengaruhi kondisi asmara dengan tradisi tempatan. Biasanya, bahasa Melayu yang dipakai tidak tertepas dari asal pengarang. Pulau Galang dan nama sosok pada karya sastra di bawah ini boleh jadi merupakan kejadian yang sesungguhnya. Namun bisa dinikmati semua pembaca walaupun bahasanya terkadang asing di telinga warga Melayu lainnya.

menyaksikan
keindahan
pasangan
Tok Balu dan
Nyi Liang
Nyi Liang Kilim terjatuh dari kursi kemarin sore. Kakinya terkilir dan luka. Dia mengabari hal itu kepada seseorang yang selalu mengasihinya, Tok Balu Belai. Lelaki itu marah-marah karena Nyi Liang Kilim tidak mau pergi ke dukun urut. Mereka baru saja kembali dari Pulau Galang menikmati panorama malam yang sejuk. Nyi Liang memang perempuan muda progresif yang memang kesohor di kotanya. Kebersamaan Tok Balu Belai dan Nyi Liang Kilim memang mengagumkan banyak orang-orang di kampungnya. Salah satunya Amil, kepala sekolah tempat Nyi Liang Kilim belajar. Ada lagi Jakal, pria bibir lebih yang juga mengajar di sekolah itu. Tok Balu Belai makluk akan kecantikan Nyi Liang Kilim. Suatu malam Nyi Liang Kilim rindu kehadiran Tok Balu Belai. Dikirimnya tiga gambar menarik sebagai pengganti diri kepada Tok Balu Belai. Senang bukan kepalang perasaan Tok Balu. Dalam kesenangan itu, kembali dia jengkel ketika seorang pemuda melintas dengan bibir menganga menyamai Jakal. Terakhir, akibat rindung yang selalu ada di antara mereka, Tok Balu meminta agar Nyi Liang Kilim mau mengirimkan suatu barang atau buatan yang dinamakan, tenunan Aloma Semelbak Liang untuk dipakai sehari-hari.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar