Kamis, 24 Oktober 2013

MEMBACA TANDA ZAMAN

Pagi Jumat, 25 Oktober 2013, aku berbalasan SMS dengan adik kelasku dari jurusan Teknik Kimia angkatan 1984 tentang kehadiranku pada pelantikan pengurus KAFT Jababab. Lama kami saling diskusi tentang banyak hal tentu lewat hape. Oleh karena aku harus kembali segera ke kabupaten, adik kelasku ini sharing tentang layaknya pejabat saat ini. “Pejabat sekarang mestinya satu minggu di daerah, tiga minggu di luar daerah bang,” katanya bergurau. Aku membalas datar saja, namun, “pemimpin yang cerdas harus mampu membaca tanda-tanda zaman,” sambung SMS berikut darinya. Aku terkesiap untuk membalas,”tapi kan bukan berarti harus larut dengan zaman,” balasku sedikit serius. Sungguh ungkapan yang diucapkan adik kelasku ini pernah beredar di Aceh produk Gubernur Ibrahim Hasan. Seingat aku, membaca tanda-tanda zaman yang dimaksudkan kala itu bukan untuk menyiasati keadaan sehingga terkesan mengakali serta penghindaran tanggungjawab. Tanda-tanda zaman yang dimaksudkan gubernur lebih mengarah kepada mempersiapkan diri dalam kancah globalisasi. Tetapi ungkapan adik kelasku pagi tadi, setidak-tidaknya membangkitkan adrenalinku untuk mengevaluasi pebiasan makna ungkapan emas gubernur masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar