Rabu, 12 Maret 2014

CERITA BIRMA

Kisah Rakyat
Simbol rakyat, Raja Ikrar Angkasa dan Dewi Safiadona


Pernah dikisahkan dalam hikayat lama namun baru diceritakan bahkan terulang dalam pasangan pengagum cinta. Di suatu tempat, di negeri Birma, terjadi pautan batin antara pria Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona. Negeri itu juga telah mengenal peradaban Melayu sejak lama. Ciri lain dari masyarakat di sana, yakni mengenakan pakaian resmi. Alkisah Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona kerap dikisahkan oleh masyarakat di sana pada zaman itu. Mereka mengekang cinta hakiki yang datang tatkala rentang usia mereka sudah relatif jauh, boleh dikata dua kali lipat. Masing-masing dari mereka sudah memiliki pasangan dan beberapa anak. Bertahun mereka nikmati asmara dengan cara mereka sendiri bahkan menjadi simbol keserasian lingkungan. Suatu ketika Raja dan Dewi harus terpisah, sebagai konskwensi pekerjaan masing-masing. Tentu tak dapat disangkal, keduanya bersedih, bahkan mengekspose kecemburuannya masing-masing. Raja berpesan bahwa,”tidaklah bijak hambatan temu untuk berdua mengusik gelora cinta hakiki milik bersama,” katanya. Ada makna tersirat dari ungkapan Raja yang perlu dipahami oleh banyak pasangan di millenium ke tiga ini.  Tidak tertutup dapat diartikan dalam ungkapan masyarakat kelas bawah dan lazim ditulis di dinding truk pengangkut pasir, becak, bemo, dan lain sebagainya, dengan kalimat antara tugas dan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar