Batu
Karang Menjengkelkan
Suatu
kali kami mengunjungi seorang kerabat pria paruh baya (Pripaba) yang opname di sebuah rumah sakit, di Aceh juga. Etisnya,
tidak disebutkan nama dan tempat rumah sakit itu mengingat pentingnya
menjunjung tinggi azas menutupi aib sesama. Ia telah seminggu dirawat sementara
radang yang terjadi sudah berjalan selama sebulan, “karena batu karang,” kata bawahannya di kantor. Kami yang terdiri
atas 8 orang lelaki berangkat ke rumah sakit itu selepas Maghrib. Setiba di
rumah sakit, terlihat Pripaba tengah
duduk santai dan terbahak bersama istrinya. Tentu pimpinan pengunjung di antara
kami terperanjat dan merasa didustai. “Lho
tapi kabarnya opname, kok tidak tidur di dalam,” tanya pimpinan kami. Pripaba gugup berusaha menjelaskan apa
yang terjadi seraya bangkit masuk ke ruang inapnya. “Begini pak tadi sore sudah keluar,” katanya sambil mengambil
sebuah bungkusan kapas. Ia membuka kapas itu memperlihatkan sebentuk batu berwarna
coklat kehitaman sebesar biji kurma persis. “Tapi
kok sudah terbelah dua,” tanya kami lagi bersama. Pripaba menjelaskan betapa sakitnya tatkala batu itu keluar bersama
air seni seraya ia menunjukkan dagunya ke arah istri yang terdiam di sudut
kasur. “Entah dia pegang-pegang lantas
patah,“ jelas Pripaba tentang
peristiwa terbelahnya batu itu akibat ulah istrinya. Kami tersenyum dan mengerti
tentang ihwal kekesalan istrinya sehingga membanting batu karang yang dianggap
musabab dari suatu persoalan. “Sebulan
pula di depan mata, ya wajarlah jengkel,” kata pimpinan kami seraya
mengajak pulang. Di halaman parkir
terlihat beberapa kenderaan sedang menurunkan penumpang untuk membesuk juga. Satu
oplet menarik perhatian, berisikan banyak kaum ibu yang sejak sore berjalan di
depan kami, hadir juga di pelataran parkir rumah sakit itu. Meskipun belum
terinformasikan, aku menduga, mereka kelompok ibu-ibu yang antusias hendak
menyaksikan kejahatan batu karang yang telah menyusahkan kaumnya yang lain. Jika
memang benar, kukira kondisi ini merupakan solidaritas yang layak ditiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar