Senin, 27 Oktober 2014

CERBAR BAGIAN SATU

CERITA BARANGKALI (CERBAR)




Nafsu Mengabaikan Botol 

BAGIAN SATU


Suatu ketika, bus angkutan umum lari kencang melewati sebuah desa yang sedang ramai berkumpul pria duduk di tembok  tepi jalan. Tiba-tiba dari kedaraan itu terlempar keluar sebuah botol kaca berukuran isi kurang lebih setengah liter, tertutup rapat berisi air yang tidak bening layaknya air minum biasa. Semua pria yang berkumpul terperanjat, seraya bangkit berebut mendekati botol misteri itu namun yang cepat bangkit lebih sigap melangkah. Beberapa lelaki yang sukses mendekat ke botol itu saling sikut dan seorang di antaranya berhasil merebut lebih awal. Mereka mengamati tajam sambil berdebat tentang isi botol serta menerka-nerka musabab pelontarannya dari bus. “Ini madu bening berasal dari lebah bunga angsana hutan yang dijaga naga leluhur,” kata lelaki lebih muda yang pertama mengambil botol bermulut kecil seukuran butir kacang tanah itu. “Mana mungkin bus buang-buang madu,” protes yang lain sambil membuktikan botol itu sedikit hangat. “Coba buka, kalau sudah kita cium kan sudah tau,” kata seorang dari mereka yang berbadan tegap hitam. “Tidak, nanti sampai di rumah saja, aku yang dapat terserah akulah,” bantahnya.  Sambil mengoceh mereka berjalan menuju tempat kerumunan asal, dengan semua tatapan menanti, ingin tahu wujud benda yang jatuh dari bus itu. Botol air didekap erat oleh pemuda itu, khawatir terjadi perampasan oleh rekan seiring yang penasaran. Setelah berjarak beberapa langkah saja dari kerumunan, “bawa sini botol itu,” teriak sesorang bersuara baritone dari kerumunan. “Jeh, saya yang dapat kok mesti serahkan pula,” balas pemuda pendekap botol sedikit keras. “Bawa siniiiiii,” ulang lelaki yang ternyata ianya Kepala Kampong di tempat itu. Tetap saja pemuda itu berkeras seraya disambut hujatan beramai-ramai dari warga yang hadir. Dapat ditebak, tiada satupun yang berpihak kepadanya. Serta merta terlontar ucapan dari orang-orang dekat Kepala Kampong, “pindahkan saja dia dan bapaknya dari kampong ini”.  Tanpa berdaya, botol dalam dekapan pemuda itu dirampas beramai-ramai dan beralih tangan ke Kepala Kampong. Sambil mencermati dalam-dalam tentang warna cairan kuning kemerahan dalam botol itu, berkesimpulanlah pemimpin warga itu, “ini bukan sembarang air, melainkan air yang telah  dimantrai oleh makhluk sakti mandraguna,” sambungnya lagi disambut hening dan mangut-mangut warga. “Ada usul?,” tanyanya ke semua warga untuk menghindari pertikaian sesama. “Tidaaaaak,” jawab pemuda yang merasa memiliki mutlak benda itu. “Diam kau, karena semua melihat benda itu terlempar, haknya sama bagi semua,” bentak Kepala Kampong. “Tapi hak ku bagaimana?,” tanyanya keras memekakkan telinga. “Kamu mendapat seperempat botol, ngerti,” bentak beberapa orang tua ke telinga pemuda yang lagi jengkel itu.  

1 komentar: