Selasa, 20 November 2012

BAPOBI

Razuardi Ibrahim bersama Bus Sekolah Produk Lokal, 2010
-->
Bangkit Produksi Bireuen (Bapobi)




Berbuat untuk Kabupaten Bireuen tidak hanya mesti mendatangkan anggaran dari pusat atau propinsi dalam bentuk dana segar. Akan tetapi, setiap upaya pembelanjaan dapat diarahkan ke produk lokal yang berkembang.

Karoseri Bireuen sudah terkenal di seluruh Aceh sejak dulu. Namun kehandalan para pelaku karoseri tersebut belum tersahuti dengan program pembangunan pemerintah daerah. Hal ini terindikasi dari produk karoseri Bireuen seperti bus hanya diorder oleh kalangan swasta saja, sementara pihak pemerintah propinsi dan kabupaten di Aceh kerap mengadakan bus sekolah pada tahun anggaran tertentu.

Dalam tahun 2011 ini, melalui kegiatan pengadaan bus yang dibiayai Program P2DTK (program untuk pembedayaan daerah tertinggal), Bappeda Bireuen melakukan pengaadaan bus sekolah. Pada kesempatan ini saya mengajak rekan kerja di Bappeda Bireuen, agar pengadaan bus sekolah dimaksud tidak didatangkan dari luar daerah, melainkan dirakit oleh pabrik karoseri yang ada di Bireuen.

Upaya ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Bireuen sembari membangun imej sudah saatnya dalam pengadaan barang-barang oleh pemerintah daerah tidak mengenyampingkan produk masyarakat. Untuk memperkuat imej tersebut,  Program P2DTK yang dikoordinir Bappeda Bireuen pada tanggal 27 Januari 2011 menggelar event Bapobi (Bangkit Produksi Bireuen) yang menampilkan berbagai produk industri permesinan rakyat di Bireuen. Tidak hanya bus sekolah, tapi alat mesin pertanian, komputer rakitan, dan lain-lain. Setidak-tidaknya, gelar Bapobi akan selalu mengingatkan kita bahwa produk masyarakat Bireuen dapat bersaing dengan produk luar. (Rajju)
Bus Sekolah produk Bireuen


2 komentar:

  1. Jika memang perusahaan lokal punya potensi besar dalam karoseri, kenapa bus sekolah harus mirip dengan angkutan umum? Bahkan hampir tidak ada beda dengan BE ato sejenisnya. Yang pengalaman saya, harus berdesak desakan bersentuhan badan.
    Konsep bus sekolah yang ramah lingkungan, kapasitas besar dan lebar, aman dan nyaman jadi pertimbangan untuk di masa depan, dan mendukung program syariah yang dengan mudah bisa memilah dimana pelajar perempuan dan laki laki duduk.
    Kalo saya tidak salah, saya pernah melihat bus bantuan tsunami beberapa tahun lalu yang sudah menjadi besi tua di halaman pendopo lama. Menurut saya perusahaan lokal bisa menjadikan design bus tersebut sebagai insirasi bus sekolah masa depan.

    Salam,


    Saiful Nurdin

    BalasHapus