Sabtu, 03 November 2012

DESAIN HIDUP

Mendisain Hidup
050203

Pengumpul Pinang di Kecamatan Juli, 2010

Pada saat rapat selesai,  tiga pimpinan instansi sedang berdiri berbincang-bincang di luar ruang rapat.  Tak lama kemudian  mereka dihampiri oleh seseorang setengah baya, dan langsung menyatakan perasaannya yang kelihatan telah begitu perlu untuk diutarakan. “ Apa yang harus saya kerjakan untuk hidup saya, saya tidak dapat proyek dari pemda, saya minta ke bupati katanya di dinas, saya ke dinas katanya sudah ditentukan bupati,………….., tolong katakan apa yang mesti saya perbuat”, katanya dengan sedikit marah. “….kalau harus dengan cara kererasan seperti orang lain saya juga bisa”, tambahnya lagi.

Kejadian seperti itu hampir setiap hari  dialami oleh sebagian aparatur pemerintah daerah yang khusus menangani kegiatan fisik di lapangan. Keluhan yang semula sebagai curahan isi hati, pada waktu tertentu berubah menjadi ancaman. Inilah persoalan-persoalan yang semestinya harus menjadi prioritas dalam penyelesaiannya.

Mencari jalan keluar seperti ini tidaklah mudah oleh karena keadaan ini sengaja  diciptakan, padahal aturan pelaksanaan untuk pengadaan  proyek telah baku.   Membagi kegiatan proyek dengan alasan pemerataan atau membantu masyarakat daerah yang  berekonomi lemah tentu sangatlah positif, namun pola atau sistem yang diterapkan haruslah berpihak pada keadilan. Jika alasan di atas benar-benar didasari keikhlasan dan secara realistis dapat membantu menghidupkan perekonomian masyarakat serta dilakukan evaluasi terhadap perlakuan ini secara tidak langsung para birokrat telah melakukan upaya mendisain hidup”.

Lantas mengapa cerita di atas begitu kerap muncul di kalangan para birokrat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar