Kamis, 22 Agustus 2013

PEUSIJUK WISUDAWAN

Kisah Spontan Peusijuk Wisudawan

Jelang wisuda lulusan 1985, Fakultas Teknik rada diam tanpa aktivitas. Ketika itu friksi antar mahasiswa pro Senat Mahasiswa dengan Parte Buruh sangat kentara. Waktu itu, aku dan beberapa kawan sedang bekerja menyelesaikan bangunan pameran “Stand Perbankan”, kalau tidak salah berlokasi di lapangan Lingke, Banda Aceh. Kegiatan itu saban tahun kami lakukan untuk mencari biaya kuliah dan keperluan lain.

Di Suatu pagi jelang siang, datang Bang Munar (Munar Gade), Amri AK dan dua orang yang aku lupa, menemui Rachmat, ketua gerombolan Parte Buruh dan pimpinan pembangunan stand itu. Bang Munar dan Amri AK datang meminta Rachmat untuk mengadakan acara peusijuk wisudawan di Pantai Ujong Batee, Aceh Besar. Rachmat berjanji akan mengadakan acara yang diinginkan oleh kedua wisudawan yang juga aktivis kampus tersebut. Saat makan siang, Rachmat mengumpulkan kami untuk mengatur menu acara rencana perhelatan baru di Ujong Batee itu. Namun ada konsekwensi terhadap penghasilan kami, yakni sebagian keungtungan pekerjaan harus disisihkan untuk acara tersebut. Kami tidak akan pernah membantah apa-apa yang dikatakan Rachmat, karena kami meyakini tindakannya cukup arif untuk kekompakan fakultas. Ketika itu hadir Bang Edt (Nazaruddin), yang juga datang untuk mengusul acara serupa. Lantas Rachmat meminta tolong Bang Edt untuk menemui Pak Ali Akoeb, yang menjabat salah satu posisi di Pembantu Dekan-IV Bidang Kemahasiswaan, untuk meminta ijin dari fakultas.

Jelang sore, Bang Edt kembali ke tempat kami bekerja untuk menyampaikan kabar, bahwa acara itu harus di bawah kendali Senat Mahasiswa. Kami para mahasiswa pekerja berlebel Parte Buruh yang terdiri dari, Maimun Bewok, Anto Kribo, Dian Nadir, Anwar Bay, Munizar, Azhar Mar, Alminar Sindo, Husaini, aku sendiri dan Ralizar, spontan protes, tidak setuju. Lantas Bang Edt dan Rachmat berunding sesaat untuk mencari solusi pelaksanaan “peusijuk wisudawan,” tanpa kaitan dengan Senat Mahasiswa. Bang Edt menyatakan kesiapannya untuk menuntaskan berbagai urusan, termasuk perizinan dari jajaran kepolisian dan pemerintah daerah. Mengingat kegiatan ini memerlukan sosok manajer, kami semua sepakat agar melibatkan kawan-kawan dari jurusan teknik kimia yang memang jarang berkolaborasi dengan Parte Buruh, untuk memimpin kegiatan ini. Secara aklamasi dan sesuai tradisi Parte Buruh, ditunjuklah Faisal Daud, mahasiswa teknik kimia angkatan 1980, sebagai ketua pelaksana. Semula Faisal senang dan menyanggupi tugas itu, namun keesokan harinya ia menyatakan mundur, “karena tidak direstui fakultas,” alasannya. Dalam waktu singkat, Bang Edt dan Rachmat, menunjuk Ruslan Abdul Gani untuk menjadi ketua pelaksana acara yang diimpikan itu. Dalam waktu yang tinggal beberapa hari lagi, kalau tidak salah hanya tiga hari, kami mengarahkan perhatian ke Pantai Ujong Batee untuk berbagai persiapan. Atas perintah Rachmat dan Bang Edt banyak mahasiswa junior dari jurusan teknik sipil dan mesin atau angkatan yang lebih muda dari kami bergabung mempersiapkan diri bekerja di lokasi peusijuk wisudawan. Tidak terbantahkan, dua hari menjelang acara Pantai Ujong Batee ramai didatangi mahasiswa pekerja dengan sutu tekad yang terbangun peusijuk wisudawan harus sukses.


Pada hari H, hanya beberapa dosen yang datang meskipun kami mengundang seluruh civitas akademika. Ketidak-hadiran dosen yang diundang kala itu beragam, di antaranya tidak ada jemputan, tidak dapat undangan, kegiatan itu liar dan lain sebagainya. Event Peusijuk Wisudawan perdana pada tahun 1985 mampu menarik perhatian komunitas kampus dan menjadi ikon Fakultas Teknik Unsyiah. Sejak tahun itu, ikon pengikat emosional antar sosok ini dijadwalkan para aktivis Fakultas Teknik di setiap tahunnya dan berakhir ketika kondisi daerah mulai tidak kondusif. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar