Kamis, 08 Agustus 2013

SUATU ADAGIUM

Tidak jarang terberitakan, bahkan tersaksikan kegagalan perencanaan yang bermuara kepada kehancuran konstruksi. Keadaan menajadi fatal, manakala kehancuran yang terjadi mencederai atau menewaskan banyak manusia. Mungkin saja pihak tertentu memvonis bahwa kegagalan itu merupakan tanggung jawab personal. Indikasi ke arah ini dapat disinyalir dari rendahnya responsibiliti kelompok dalam merekomendasi kausalitas dan dampak kegagalan infrastruktur tertentu. Namun, intervensi mindset berpeluang membangun definisi baru terhadap keberadaan kelompok ahli rancang bangun di suatu tempat atau kesamaan proses dari produk perancang itu sendiri. Artinya, tidak tertutup kemungkinan bahwa mindset awam memvonis kualitas sama bagi asal kelompok perancang akibat kontribusi kegagalan personal.  
 
Abutmen tanpa pondasi memadai pada salah satu
jembatan baru di Aceh, runtuh sebelum waktunya, 2013

Aku ingat dalam suatu seminar ke-tekniksipilan tentang suatu semboyan yang terusung sejak lama, yakni kegagalan seorang dokter hanya mengorbankan satu nyawa namun kegagalan seorang insinyur dapat memusnahkan ribuan jiwa. Tetapi aku belum mampu memaknai sejauh mana semboyan ini berlaku dan untuk siapa dia hadir. Para awam pro teknik sipil mengakui kebenaran semboyan ini bahkan sudah merambah dalam suatu strata adagium tanpa bantahan. Pada saat ini aku masih ingin mengingat kembali sosok mana pencetus adagium itu untuk sama mempertanggungjawabkan kelahirannya bahkan keberlanjutannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar