Selasa, 01 April 2014

KAMBING SESUMBAR

Satu pejantan di antara beberapa betina dari komunitas kambing, Banda Aceh, 26 Maret 2014

Aku bergegas dari dudukku, tatkala segerombolan kambing melintas di hadapanku di suatu sore, 26 Maret 2014. Pemandangan di depan Harouk cafe, Keudah, Banda Aceh, yang langka menarik perhatian banyak orang yang minum kopi di situ. Selain tim trantib kota itu cukup peka terhadap ternak berkeliaran, peternak kambing pun boleh dikatakan sulit mendapatkan tempat di tingkat lingkungan desa. Tetapi sore itu, gerombolan ternak sedang berjenis kambing sesumbar kepada gerombolan manusia. Aku bersegera memotret dan menulis beberapa bait pantun tentang hal yang kulihat.

Usia istri yang sama renta
Gadis di desa berseliweran
Bertambah pula banyaknya janda
Malam termenung cari alasan

Suami berpikir pesan ustad
Poligami amalan agama
Takut sekali dibilang murtad
Biarlah hewan jadi contohnya

Sungguh gelisah hati si bapak
Melihat kambing banyak beristri
Tiada ribut bahkan bertekak
Ibu cemburu tak tanak nasi

Kambing rukun bapak pun tersenyum
Seekor bandot handal merayu
Betina tidak pentingkan harum
Bapak bersedih melirik ibu

Sungguh malang nasib manusia
Begitu keluh di hati bapak
Lihat kambing sangat leluasa
Agama boleh aturan tidak

Ibu menunjuk ke kandang ayam
Satu betina satu pejantan
Betina lain datang diterkam
Bapak pun kesal ludah ditelan

Kesal-lah bapak melihat ayam
Tiada mengerti perasaan
Diambil minyak langsung disiram
Kandang dibakar ibupun pingsan


2 komentar:

  1. Bandit ada tobatnya, tapi bandot..., gak da obatnya.
    Peace ah pak....

    BalasHapus
  2. Ah masak iya. Lho, mencermati alam masak gak boleh. he he he

    BalasHapus