Pencirian Arsitektur
Aceh Pada Bangunan
Trent bangunan bercirikan Aceh sudah dimulai
sejaktahun 1970-an. Salah seorang pelopor konsep pengakomodiran nilai-nilai
bangunan tradisional Aceh ke dalam bangunan perkantoran pemerintah adalah Wim
Sutrisno. Aku berinteraksi langsung
maupun tidak dengan Pak Wim, panggilan akrab Wim Sutrisno, pada tahun 1980-an.
Waktu itu kami sama-sama di kepanitiaan pembangunan Mesjid Baitul Makmur
Lamprit. Aku masih terlalu junior dibanding panitia lain, namun karena aku
kuliah di Fakultas Teknik Sipil, aku bersama rekanku Marnodastrinto dilibatkan
untuk urusan bangunan ini. Kebetulan
pula kami sama berdomisili di Kelurahan Bandar Baru, Banda Aceh.
Kantor Bupati Aceh Utara, Konsep arsitektur Aceh Kebijakan Bupati karimuddin Hasybullah, 1994 |
Aku lihat Pak Wim merupakan sosok seniman
arsitektur yang idealis. Dialah yang pertama medesain bangunan pemerintah harus
berlanggam ke-Acehan, yakni Gedung DPRA di Banda Aceh. Sejak itu mulai banyak
bangunan kantor di Aceh yang didesain para arsitek junior bercirikan tradisi
Aceh. Banyak pula Pak Wim mendidik putra-putra
Aceh dalam mengembangkan diri sebagai konsultan bangunan gedung.
Ada benarnya suatu ulasan bahwa di dalam
homogenitas budaya masyarakat Aceh, berkembang heterogenitas dalam mengungkap
pencirian ke-Acehan itu sendiri. “Selain
itu, homogenitas Aceh, seperti
juga homogenitas suku lainnya di Indonesia, tak mungkin bisa dipertahankan
terus. Sebab, mobilitas penduduk semakin tinggi di zaman modern. Ambillah
contoh Wim Sutrisno, arsitek yang masuk ke Banda Aceh pada Desember 1968,” tulis Zakaria M Passe, jurnalis
Tempo pada 18 April 1987.
Sewaktu gubernur Aceh dijabat Ibrahim Hasan, 1983, konsep ini diperkuat dan dimasukkan ke dalam aturan meskipun tidak setingkat peraturan daerah. Trent ini menggejala hingga sekarang meskipun konsep mimimalis dan Arabis lebih diminati berbagai kalangan di Aceh. Tidak mengherankan, pada masa rekonstruksi Aceh bangunan kantor pemerintah mulai bergeser dari bentuk pencirian Aceh ke selera minimalis, seperi Kantor Walikota Banda Aceh. Ada juga yang han menyentuh sisi ke-Acehan pada bangunan pemerintah dari beberapa elemen saja seperti melengkapi bentuk kemiringan atap, melengkapi bangunan dengan tombak layar, atau menambah motif ukiran Aceh di pintu dan jendela.
Assalamualaikum, Bang.
BalasHapusTidak sengaja ketemu blog ini, ketika saya sedang browsing ttg bangunan-bangunan yang didesigned oleh almarhum.
Saya salah satu putri beliau. Senang mendengar kisah beliau dari kacamata orang yang pernah bersinggungan dengannya semasa beliau hidup, terutama melalui karya-karyanya, di luar anggota keluarga. Salam kenal.
Salam kenal juga
BalasHapus