Lhokseumawe Yang
Menjanjikan
Lhokseumawe, 221013 |
Sekira tahun 1990 hingga 1994, lima proyek vital,
Mobil Oil, PT Arun, PT PIM, PT AAF, dan PT KKA, di Aceh menunjukkan
kegemilangnnya. Tepatnya di Kabupaten Aceh Utara yang beribukota-kan
Lhokseumawe. Di tahun-tahun itu produksi lima pabrik berskala nasional di sana
menunjukkan angka produksi yang meningkat. Di mana-mana terlihat bus angkutan
karyawan berseliweran di jalan dari
Bireuen hingga Lhoksukon.
Aktivitas kendaraan itu antara lain menjemput karyawan dan mengantar para
ibu-ibu berbelanja. Wajah-wajah ceria
menghiasi pusat-pusat perbelanjaan, seakan mampu menurunkan temperatur kota yang
tinggi, setiap jelang akhir bulan. Peredaran uang di kawasan pesisir utara Aceh
kala itu cukup besar. Lhokseumawe dan sekitarnya yang menyandang gelar kota
petrodollar, mampu menarik perhatian para pencari kerja di seluruh Aceh bahkan
Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat dunia lebih mengenal Lhokseumawe
ketimbang Banda Aceh yang hanya berperan sebagai ibukota propinsi. Tidak pula
mengherankan, Kabupaten Aceh Utara memiliki jumlah penduduk sepertiga penduduk
Aceh waktu itu.
Setiap malam tahun baru di era itu, hiburan rakyat
yang dibiayai lima proyek vital tersebut menyeluruh di seantero Kota
Lhokseumawe. Artis-artis ibukota pun seakan bergiliran untuk hadir di kawasan
Zona Industri Lhokseumawe (ZILS). Seingat aku, pimpinan PT Asean Aceh
Fertilizer, Rahman Subandi, PT Arun, Wicaksono, dan PT PIM, Djarot, cukup bersahaja
dalam mengokomodir hak-hak karyawan dan masyrakat di seputar pabrik
masing-masing. Nama-nama mereka cukup dikenal di kawasan Lhokseumawe ketika
itu.
Gerakan awal dari booming uang di Lhokseumawe yakni
pada 1975-an, di saat Bechtle dan Mobil Oil membangun kilang gas raksasa di
sana. Berikut dengan kilang-kilang yang lain, dua pabrik pupuk dan kertas. Peredaran
uang di kawasan ini dapat diperhitungkan, berdasarkan jumlah karyawan serta
besaran gaji mereka.
Pada tahun 1990 aku baru diangkat sebagai pegawai
negeri. Aku waktu itu hanya sebatas staf pada Dinas Pekerjaan Umum Aceh Utara
yang selalu diikutsertakan dalam seminar Aceh Pasca Gas di Bappeda Aceh Utara.
Dalam seminar bergengsi yang kerap dihadiri para pakar dari Jakarta dan Banda
Aceh kala itu banyak hal yang membanggakan bagi kita selaku generasi muda.
Jamaluddin Harun alias Jimmi, kelahiran 4 Agustus
1945, terakhir pensiunan PT AAF berujar bahwa enak hidup dulu dari pada
sekarang. Masa sebelumnya, ekonomi pesisir utara digerakkan oleh aktivitas
ekspor import dari pelabuhan umum Kota Lhokseumawe. Memudarnya aktivitas
pelabuhan Lhokseumawe tahun 1970-an seiring bangkitnya proyek vital
Lhokseumawe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar