Pe Ka A-Dua
Razuardi Ibrahim bersama Udin Pelor, Desember 2012 |
Bagi murid Sekolah Dasar ketika itu, sekarang dapat
mengomentari tentang suasana gegap gempitanya pesta budaya yang dirasakan
sebagai milik publik. Hampir semua murid bercita-cita untuk berkontribusi
terhadap keberhasilan PKA-2 melalui
caranya masing-masing. Pengumpulan koran bekas, botol-botol limun, bahkan goni
dan karung tepung bekas disumbangkan para murid di tahun itu untuk mendapatkan
dana pendukung penyelenggaraan pesta budaya seluruh Aceh. Lapangan Blang
Padang, Banda Aceh, tempat event akbar itu diselenggarakan menjadi pusat
perhatian banyak kalangan, khusunya seniman, budayawan, dan turis manca negara.
Banyak seniman daerah berkumpul di sana, tidak
terbatas dewasa, yang muda pun tidak ketinggalan. Komponis, pelukis, penyair, musisi,
penata tari, dan seniman otodidak tradisional memperoleh pengakuan umum atas
karya yang mereka hadirkan. Kabupaten dan kota yang disebut Daerah Tingkat II
pada masa itu tidak banyak, yakni delapan kabupaten dengan dua kotamadya.
Pemerintah kabupaten terdiri dari Aceh
Besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh
Barat, dan Aceh Selatan. Sementara dua kotamadya, yakni Kotamadya Banda Aceh
dan Sabang. Kesemua daerah tingkat dua tersebut menampilkan para seniman serta kekhususan
seni budayanya masing-masing.
Hampir semua seniman dan budayawan yang menyaksikan
PKA-2 mengakui hebatnya event seni-budaya Aceh yang diselenggarakan selama lima
belas hari itu. Suatu kehebatan luar
biasa yang dapat dicermati hingga akhir tahun 1990-an, yakni masih dikenalnya para seniman produk PKA-2 dalam kancah
nasional. Artinya, PKA-2 mampu mengorbitkan seniman Aceh seperti Adnan PEMTOH, Udin Pelor, Abdullah Radja, dan
lain sebagainya, ke tingkat nasional bahkan Asia Tenggara.
Begitu pula para komponis, musisi, dan pelukis yang
tidak kalah kontribusinya dalam arena bergengsi
yang cukup mengundang perhatian kalangan seni dunia itu. Komponis seperti Teuku
Djohan, Anzib Lamnyong, Chalid Ibrahim, beberapa yang lain, banyak memproduksi
syair-syair indah. Pola pikir hampir seluruh seniman Aceh, yakni mengorbitkan
budaya Aceh ke luar daerah sehingga karya anak negeri di ujung barat Indonesia
ini mampu bersanding dengan budaya lain di nusantara. Pelukis terkenal yang
terorbit lewat PKA-2 di antaranya Round Kelana, M Yunus, Sekarlati, serta
lainnya.
Ada suatu syair yang cukup dikenal para murid SD
kala itu karena sebagian besar murid
diikutkan dalam paduan suara massal, dikenal dengan aobade.
Dalam
gemilangnya sejarah
Sultan
Iskandar Muda
Banyak ahli
pandai menempa
Rakyat giat
bekerja
Hasil banyak
berlipat ganda
Makmur tiada
tara
Rakyat rukun
damai bahgia
Negara
sejahtera
Marilah kita
membina
Budaya Aceh
nan jaya
Menuju
masyarakat
Adil makmur
sentosa
Namun karya dan keberadaan mereka mulai terlupakan
oleh kompetisi zaman yang sarat pengaruh tradisi masyarakat dunia. Terlebih lagi,
keberadaan budaya Cyber akan menggeser kesulitan akses kunjungan, seperti
kunjungan ke artis tertentu dan budaya tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar