Evaluasi Angkatan 1980
Saat mahasiswa angkatan 1980 masuk ke Fakultas
Teknik, dekan fakultas masih dijabat oleh Ir M Ali Ismail, M Eng. Sebelum mulai
perkuliahan, dilakukan masa perkenalan dengan para dosen yang akan memberi mata
kuliah. Pertemuan itu dilaksanakan di Aula lama yang terbuat dari kayu dan
beratapkan seng. Pada saat itu, Pak Ali juga menjelaskan tentang tata tertib
perkuliahan serta jumlah sistem kredit smester (SKS) yang harus dipenuhi. “Untuk mencapai sarjana, mahasiswa harus
menyelesaikan 144 SKS,” jelas Pak Ali ketika itu.
Razuardi Ibrahim, 1983, tatakala sebagai mahasiswa teknik sipil angkatan 1980 |
Dosen wali untuk mahasiswa angkatan 1980 jurusan
teknik sipil sejumlah 2 orang, yakni Ir Joesbenz dan Ir Muntasir AM. Aku
sendiri dibimbing oleh Ir Joesbenz dengan jumlah SKS yang diberikan untuk smester I, 24 SKS yang meliputi semua mata
kuliah. Kendala utama yang dirasakan seluruh mahasiswa pada masa itu ialah
kelangkaan tenaga pengajar. Kami sungguh
memaklumi kondisi ini, karena setelah mengajar pada kelas dan angkatan lain,
para dosen harus memenuhi jam pada kelas kami. Namun demikian, kondisi
mengajarkan kami untuk mencari tau tentang mata kuliah mana saja yang dosennya tidak
masuk atau berhalangan. Lazim juga, dosen-dosen tertentu menempel pengumuman jadwal
mulai perkuliahan.
Akhir ujian smester pertama, Desember 1980 dengan
pengumuman ditempel bagian pengajaran pada bulan Januari 1981, banyak
kawan-kawan mulai resah. Tidak jarang tersaksikan kawan-kawan yang hanya lulus
1 atau 2 mata kuliah saja. Sebagian mahasiswa senior mulai memberi doktrin keliru
saat itu dengan semboyan, “kuliah santai,
ujian hobby, lulus nasib, dan sarjana
impian.” Hambatan besar yang aku dan rekan seangkatanku
rasakan pada smester 3, Juli-Desember 1981, saat mengisi kartu rencana studi
(KRS). Di tahun itu, beberapa matakuliah digabung dengan SKS yang dijumlahkan.
Sebagai contoh, pada smester I, mata kuliah matematika terdiri dari matematika
1 dan 2, masing-masing 2 sks. Adalagi matakuliah dengan kondisi serupa, seperti
fisika, mekanika teknik, dan lainnya. Kebijakan penggabungan yang dilakukan fakultas
cukup baik, namun bagi mahasiswa yang hanya lulus 1 bagian dari pelajaran yang
akan digabung, tentu harus mengulang pada smester yang sama tahun berikutnya.
Aku mengalami hal seperti itu untuk pelajaran mekanika teknik asuhan Pak Bustam.
Mekanika teknik 3, 2 sks, dengan materi analisa momen inersia, aku memperoleh
nilai C. Sementara mekanika teknik 4, 2 sks, dengan materi pusat berat yang
banyak menggunakan kalkulator, aku mendapat nilai D. Kutulis dikertas jawaban
ujian waktu itu hanya rumus ditambah kata-kata, “saya belum punya kalkulator.” Terkait dengan kebijakan kurikulum
penggabungan mata kuliah, mungkin, Pak Bustam memanggil aku bersama beberapa
rekan untuk diujian-kan di rumah beliau di Punge Blangcut, Banda Aceh. Ujian
yang diberikan Pak Bustam singkat dan cepat, yakni dengan cara menyuruh aku
menulis sebuah rumus momen inersia, kemudian ditanyakan makna dan prinsip dari
simbol-simbol yang ada. Waktu itu juga Pak Bustam memberiku nilai B. Tatkala
penggabungan menjadi mekanika teknik 2, 4 sks, nilaiku menjadi B. Aku senang
sekali waktu itu, seraya berdoa agar banyak dosenku yang bijak serupa itu.
Ternyata memang banyak dosenku yang bijak di tahun-tahun berikutnya.
Tugas Akhir, Razuardi Ibrahim, NIM 80410570/TS |
Banyak kawan-kawanku yang sama-sama plonco tidak kujumpai
lagi pada smester-smester berikutnya. Ada yang tidak mau melanjutkan kuliah
lagi, ada yang pindah, dan ada juga yang kerja di perusahaan atau lulus pegawai
negeri. Pada satu malam (19/01/13), aku duduk bersama Yuhanis, rekan
se-angkatan, di Banda Aceh untuk suatu tugas evaluasi pembangunan jalan
Bireuen-Takengon. Kami bercerita tentang jumlah rekan seangkatan yang jadi
sarjana. Sejak saat itu, aku tak sabar ingin mengungkap apa yang ditanyakan
Yuhanis. Seraya pulang ke Lhokseumawe, aku mengingat-ingat tentang buku
nama-nama alumni yang dibuat Pak Ali Ismail. Daftar urut nama-nama lulusan diadopsi
dari Buku Alumni, yang disusun Ir M Ali Ismail M Eng, berdasarkan tanggal
kelulusan ujian sarjana dan tahun wisuda. Hingga tahun 1988, jumlah mahasiswa
angkatan 1980 yang meraih sarjana teknik sipil sebanyak 27 orang. Sementara,
jumlah mahasiswa teknik jurusan sipil yang mengikuti kuliah waktu itu
diperkirakan sebanyak 70 orang, terdiri dari 2 kelas, masing-masing kelas sebanyak
35 orang. Artinya, mahasiswa angkatan 1980 yang melanjutkan perkuliahan hingga
ke jenjang sarjana berkisar 20 persen dengan masa perkulian tercepat sebanyak 2
orang, selama 6 tahun. Mahasiswa yang menyelesaikan kuliah selama 7 tahun
sebanyak 7 orang dan selebihnya sejumlah 18 orang menduduki bangku kuliah
selama 8 tahun. Aku tidak mengetahui, apakah ada mahasiswa seangkatanku yang
diwisuda setelah 1988.
Mencermati data yang ada, kecenderungan bidang
keahlian yang dipilih oleh mahasiswa teknik angkatan 1980 bervariasi, yakni bidang
keahlian struktur 8 orang, pengelolaan 1 orang, hidroteknik 6
orang, transportasi 4
orang, dan geoteknik 8 orang.
Artinya, dua bidang favorit yang diminati mahasiswa angkatan 1980, yakni
struktur dan geoteknik.
1.
Ir Yuhanis Yunus, kelahiran Banda Aceh, 6 Desember 1961,
wisuda 1986, keahlian bidang Geoteknik
2.
Ir Zulkifli Abu Bakar, kelahiran Aceh
Utara, 21 Desember 1961, wisuda 1986, Hidroteknik
3.
Ir
Isfan Riadi,
kelahiran Banda Aceh, kelahiran 2 Nopember 1960, wisuda tahun 1987, Geoteknik
4.
Ir Cut
Lisa,
kelahiran Banda Aceh, kelahiran 1 Januari 1961, wisuda tahun 1987, Geoteknik
5.
Ir Zahedi, kelahiran Meukek,
kelahiran 11 Juli 1961, wisuda 1987, Geoteknik
6.
Ir Fauzi, kelahiran Alue Bilie,
kelahiran 21 Juni 1960, wisuda 1987, Geoteknik
7.
Ir
Zulkifli,
kelahiran Samalanga, kelahiran 15 Pebruari 1961, wisuda 1987, Struktur
8.
Ir
Susalit Alius,
kelahiran Banda Aceh, kelahiran 8 Juli 1960, wisuda 1987, Struktur
9.
Ir
Mesti Karo-karo,
kelahiran Keriahen, kelahiran 29 Agustus 1960, wisuda 1987, Struktur
10. Ir Muhammad Zarnil,
kelahiran Lhokseumawe, 14 Mei 1958, wisuda 1988, Geoteknik
11. Ir
Henry, kelahiran Banda Aceh 21 Mei 1961, wisuda
1988, Struktur
12. Ir Syamsul Bahri,
kelahiran Manggeng, 22 Pebruari 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
13. Ir Razuardi,
kelahiran Banda Aceh, 9 Desember 1961, wisuda 1988, Geoteknik
14. Ir
Herman Yous, kelahiran Meulaboh, 9 September 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
15. Ir
Maimun, kelahiran
Pidie, 8 Pebruari 1960, wisuda 1988, Geoteknik
16. Ir Syukri, kelahiran
Seunong 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
17. Ir Sulaiman,
kelahiran Jeunieb, 1960, wisuda 1988, Transportasi
18. Ir
Musri, kelahiran Meureudu, 10 Oktober 1959, wisuda
1988, Hidroteknik
19. Ir Bachruddin,
kelahiran Kutacane, 18 januari 1959, wisuda 1988, Transportasi
20. Ir Azwir Mansyah,
kelahiran Padang panjang, 22 Juni 1954, Struktur
21. Ir Laksamarda, kelahiran Semarang, 19 Januari 1961, wisuda 1988,
Hidroteknik
22. Ir Guntur Saragih,
kelahiran Pematang Siantar, 3 Desember 1960, wisuda 1988, Struktur
23. Ir Patris Ade Remaja,
kelahiran Medan, 26 Desember 1961, wisuda 1988, Struktur
24. Ir Gusrizal,
kelahiran Banda Aceh, 28 Maret 1960, wisuda 1988, Tranportasi
25. Ir
Yon Indra, kelahiran Balai Tengah, 26 Agustus 1960,
wisuda 1988, Transpotasi
26. Ir H Sofyan S,
kelahiran Banda Aceh, 8 April 1960, wisuda Struktur
27. Ir Fachruddin,
kelahiran Pangwa, 2 Juni 1960, wisuda 1988, Pengelolaan
TGA, karya Isfan Riadi |
Jika tidak diperhitungkan adanya wisudawan angkatan
1980 di tahun berikutnya maka dapat disimpulkan bahwa, 7 dari 27 lulusan
angkatan 1980 bekerja mandiri sebagai konsultan. 2 orang bekerja di perusahan
negara, 3 orang berprofesi sebagai dosen, selebihnya 15 lulusan berstatus
birokrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar