Pemupusan Citra
Antar Pejabat
Razuardi Ibrahim dalam membahas Rencana Tata Ruang, 2009 |
Cerita mutasi pejabat di masa sekarang telah
merambah hingga ke warung-warung, cafe, pajak, dan tempat konsentrasi publik
lainnya. Satu hal yang biasa terjadi dalam sistem pemutasian pejabat, khususnya
di lingkup pemerintahan kabupaten-kota, yakni pemupusan citra antar pejabat.
Biasanya, pejabat yang menggantikan berusaha mengimbangi kinerja pejabat yang
digantikan. Hal ini sesungguhnya positif dan harus dilakukan sepanjang
bertujuan untuk peningkatan capaian pelayanan masyarakat. Namun, kondisi akan
semakin buruk tatkala pejabat pengganti berusaha membangun citra buruk terhadap
pejabat sebelumnya melalui provokasi nyata maupun tersamar.
Sebagai pejabat yang mengalami beberapa kali mutasi,
aku pernah mengalami hal serupa itu. Meskipun aku acuh terhadap kondisi semacam
itu karena aku yakin penguasaan sistem pelayanan serta kompetensi, lebih mampu
memproteksi pemupusan citra secara umum. Gejala ini tidak sulit ditemukan
karena pejabat pengganti pemupus citra itu lebih banyak menggunakan vokalnya
untuk membangun pencitraannya tanpa menunjukkan kinerja.
Pencirian pejabat yang menganut sistem pemupusan
citra pejabat sebelumnya dengan menggunakan langkah-langkah provokatif tidaklah
sulit. Pertama, tanyakan padanya, “kemana akan bapak bawa instansi ini ?.” Jika
jawaban mengambang dan tidak fokus, kita telah menemukan ciri pertama. Kedua,
jika pejabat pengganti itu selalu bertanya tentang fasilitas pejabat
sebelumnya, termasuk penggunaan anggaran, kita telah menemukan ciri kedua. Jika
pejabat itu berusaha membangun citra buruk kepada pejabat sebelumnya, kita tak
perlu mencari data lain, cukupkan dengan kondisi itu dan definisikan “dia sedang membangun imej baik dengan
memperburuk citra pejabat sebelumnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar