Kegagalan Material
Pada Kerusakan Jalan
Pada jelang akhir dekade 1980-an, teknologi jalan
memperkenalkan cara baru yakni dengan
sistem granulair, meninggalkan sistem lama yang dinamakan cara Macadam.
Sistem baru ini membutuhkan keterampilan ekstra dari para insinyur, baik dari
aspek perencanaan maupun dari pengawasan.
kerusakan jalan nasional di Aceh, 100113 |
Kerusakan pada jalan raya pada umumnya terjadi
akibat kegagalan lapisan pondasi atas dan bawah. Kerusakan pada umumnya
terlihat anjloknya permukaan jalan sehingga batu-batu lapisan pondasi menyembul
ke permukaan. Dugaan awal terhadap kejadian ini dapat disimpulkan sebagai
kegagalan pondasi jalan dalam menahan beban kendaraan.
Secara umum, desain jalan terdiri dari tiga
lapisan, yakni lapisan pondasi bawah (LPB) yang populer juga disebut sub base
coarse, yaitu lapisan campuran batu, kerikil, pasir, dan tanah. Komposisi
campuran ditentukan sesuai aturan mekanika tanah (soil mechanic) untuk memenuhi
tujuan daya dukung tertentu yang diukur dengan nilai CBR (California Bearing
Ratio). Persentase tanah dalam komposisi tersebut tidaklah dominan. Karena
fungsi tanah di sini hanya sebagai perekat dan pengisi antar material. Begitupula
pada bahan lapisan pondasi atas (LPA) atau base coarse yang komposisi fraksi
ukuran butiran ditentukan. Hanya saja material untuk lapisan ini terdiri dari
batu pecah. Tetapi material tanah pada bahan base coarse ini diganti dengan abu
batu (dust) yang diperoleh dari pecahan batu produk stone chrusser (mesin
pemecah batu). Lapisan ketiga, yaitu lapis permukaan aspal yang juga
bermacam-macam.
Akan tetapi, sebaik apapun lapis permukaan itu
tanpa dukungan pondasi yang kuat akanlah sia-sia. Mencermati ragam kerusakan
yang terjadi dapat diduga bahwa kerusakan jalan akibat dari kegagalan material
LPA atau LPB. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa kerusakan jalan yang
terjadi pada umumnya akibat dominannya persentase tanah dalam campuran bahan LPB
atau LPA yang relatif sulit diawasi saat
pelaksanaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar