Tatkala
Insinyur Langka
Di
paruh akhir tahun 1980-an, aku berkunjung ke kantor PU Aceh menemui beberapa
alumni senior di sana. Tujuanku, memohon agar dapat diizinkan menjalani kerja
praktek (KP) di salah satu proyek yang berada di bawah kepemimpinan seniorku
itu. Relatif sulit menemui mereka sehingga aku dan beberapa teman memilih duduk
memperhatikan para senior lain hilir mudik di kantor itu. Tanpa teguran dari beliau-beliau itu meskipun aku bersama
rekan berusaha melempar senyum setiap kali mereka lewat. KP merupakan mata
kuliah yang diwajibkan di Fakultas Teknik setelah kami menyelesaikan beberapa
SKS yang dipersyaratkan. Tentu aku kecewa dengan pemandangan itu berikut timbul
niat kurang baik terhadap mereka. Minimal aku melakukan itu dengan doa agar
mereka merasakan juga penderitaan seperti-ku yang datang dari jauh, menumpang
sepeda motor kawan sesama mahasiswa KP. Terkesan mereka memperlihatkan
kesombongan di hadapan kami tentang jabatan yang disandangnya selaku pengelola
proyek nasional, pimpro, pimbagpro dan lain sebagainya. Kami diperintahkan oleh
petugas di kantor itu untuk kembali besok hari dengan jadwal yang tidak
ditentukan. Memang sarjana teknik waktu itu cukup langka dan menjadi kebanggaan
para orang tua, terlebih lagi para mertua. Aku masih ingat orang-orang itu dan berjanji
tanpa sumpah untuk mengevaluasi ketangguhan mereka di bidang teknik sipil, di
suatu saat. Di tahun 1995, niat itu terkabulkan, aku juga menjabat pemimpin
proyek di tingkat kabupaten. Beberapa dari mereka bertemu denganku dalam
rapat-rapat khusus ke-PU-an di Banda Aceh. Aku berdialog untuk berkesimpulan
kala itu, mereka lebih mengutamakan kecerdasan dalam memperbincangkan besaran biaya
proyek dari pada memaknai konsep proyek yang sedang dikelolanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar