Makna Kegagalan
Sejak dalam pendidikan di SMA, aku sering merencanakan sesuatu.
Biasanya, aku merencanakan membuat sebuah lukisan tertentu yang aku
idam-idamkan pasti bagus dan menarik. Kadangkala merencanakan menacing bersama
kawan bahkan menggelar sebuah event remaja
yang kuanggap spektakuler ketika itu. Namun tidak sedikit yang gagal, begitu
pula sebaliknya. Pada masa di fakultas aku juga berlaku sama, tetapi biasa
berhasil, seperti festival pop singer
dan lomba lagu anak-anak bersama
rekanku Wesli di Banda Aceh. Setelah bekerja aku juga tidak terlepas dengan
merencanakan sesuatu, yang lebih menjurus kepada obsesi pembangunan. Jika dalam
wujud pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan gedung, aku lebih
meyakini keberpihakanku untuk berhasil karena aku belajar di bidang itu. Tetapi
jika pekerjaan menuntut pembangunan yang ekspansif di lain bidang, aku harus
mencermati keadaan lebih mendalam. Hambatannya terlalu banyak, mulai interes,
tradisi, kemampuan finasial, persaingan ide, hingga hal-hal kecil lain yang sebenarnya
tidak perlu. Tentu kegagalan merupakan barang pasti yang mesti kuterima. Dalam
sebuah renungan sebagai terapi kekecewaan aku harus bergumam, apalah arti sebuah kegagalan dibanding upaya
gaung cita-cita yang tercipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar