Pantun
Teaterikal
Pengaruh
sastra Melayu merambah segenap pelosok yang menggunakan Bahasa Melayu. Dialeknya
pun beragam tidak terikat dengan aksen Indonesia atau Malaysia. Dikisahkan
dalam sebuah karya sastra, sepasang insan berkasih-kasihan jarak jauh. Pasangan
yang diramal berasal dari negeri jiran ini mengungkap dalam bahasa santun lewat
alat komunikasi mutakhir masa itu. Hati mereka memang sudah terpaut sejak
bertatap dalam aktivitas sama walau status beda. Dalam Hikayat Raje Nge Desaye,1907
M, yang tidak jelas arti dan pengarangnya itu, kisah asmara diutarakan melalui
pantun dialog berbahasa Melayu yang tata bahasanya di luar kebiasaan aturan.
Memang pada masa sastrawan Melayu berkembang, sekitar abad ke-17, banyak cerita
roman yang ditulis dalam bentuk pantun. Tradisi ini berkembang hingga ber-abad
kemudian dan para sastrawan muda di abad ke-19 masih lazim menggunakan
penulisan gaya ini. Dari judul hikayat yang asing di telinga, boleh jadi hikayat ini berasal dari kawasan
Nepal yang berbahasa Melayu.
Kaseh
Awal Pulau Dewata
Menyata
kaseh dari kedua insan dalam satu malam, dalam perjalanan pulang dan penantian di kampong. Pasangan kasmaran
berdialog selama perjalanan pulang jelita itu dari Pulau Dewata tempat
berhimpun para sastrawan, Bali, untuk satu lawatan. Keduanya tiada lelah dalam
menggapai ungkapan kaseh yang dinanti. Suatu kejujuran yang laher dari
benih-benih cinta yang belum selesai di benak masing-masing. Setelah mengata
dan menerima, puaslah mereka. Suasana ini diungkap dalam sastra pantun.
Dialog
I
Harap cemas
terasa di hati
Menanti putri
di tengah malam
Lima hari bulan bersendiri
Betapa rindu
cukup memendam
Aku
senang terima berita
Walau
hati bertanya selalu
Apakah
ini bermakna cinta
Entahlah
apa nak boleh tahu
Aku jugalah tak
paham amat
Ingat putri di
pulau dewata
Serasa hati
tersengat-sengat
Bolehlah kita kaseh
berdua
Di
kereta ni aku tak tidur
Lagi
kah kata kaseh terucap
Tidakpun
mimpi di atas kasur
Hamba
terima kaseh nan sedap
Terima kasih
putri jelita
Hamba tak
sangka cinta berbalas
Tak lah bersoal
beda usia
Nantikan hamba
sama lah ikhlas
Telantun
lah sebuah nyanyian
Kuingat
malam selalu panjang
Di
waktu aku rindukan tuan
Hingga
lah hamba terkenang-kenang
Dialog II
Masa berbunga tidak
terhingga
Saling cerita berdebar
hati
Sambutan putri
tak hamba sangka
Untuk bersua di
esok hari
Aku
tak lah tidur semalaman
Tak
sadar jawab kaseh kusambut
Bila
cinta tuan bak sinaran
Tanpalah
duga hati berpaut
Putri jelita
tambatan hati
Masih belia memendam
cinta
Aku lelaki yang
termiliki
Harap tersimpan
di dalam dada
Walau
lah hati telah bersatu
Pagi
melamun percaya tidak
Kadang
termenung menahan rindu
Mengapa
cinta kita mendadak
Ah putri jangan
ucap begitu
Sejak hamba
tatap hati resah
Karena cantik
sangatlah padu
Inginkan putri
bisik mendesah
Bukan
lah hamba nak bantah tuan
Tak
lazim berdua kita lagi
Kerana
telah ada pasangan
Menyesal
hamba bersua kini
Wahai putri
hamba taklah tahan
Sekejab bergegas
esuk hari
Bolehkah putri
hamba bawakan
Ucapkan luntung
dan nasi guri
Janganlah
tuan hamba sibokkan
Bolehlah
esuk hamba menunggu
Nasi
lah guri hamba rindukan
Di
pagi hari sambil menyapu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar