Menara
Mesjid Matang Geulumpang Dua
Menara Mesjid Raya Matang Geulumpang Dua, kondisi pada 2007 |
Pada
tahun 2000, aku diminta bantu Bang Yusri Krueng Panjo untuk membuat gambar
menara Mesjid Raya Matang Geulumpang Dua, Bireuen. Tentu dengan konsekwensi
amal selaku umat Muslim. Waktu itu ia menemui aku di ruang Kepala Bappeda yang
ketika itu dipimpin Pak Aiyub Ahmad. Aku menyanggupi membuat gambar bangunan
pelengkap mesjid itu sambil memberi gambaran tentang fungsi menara serta tata-letaknya.
Karya itu bukan murni buah pikiranku, tetapi ada sharing dari Rachmat ketika ia membuat sketsa menara mesjid Kota
Lhokseumawe. Dalam beberapa hari aku selesai membuat sketsa menara itu dengan
penambahan di sana-sini sesuai permintaan panitia pembangunan mesjid kebanggaan
warga Kecamatan Peusangan tersebut. Aku teringat Bang Hamami anggota Polsek
juga datang bersama Bang Yusri untuk mengkritisi gambar agar ukuran ruang
belajar anak-anak mengaji di lantai dasar diperkecil. Beberapa hari kemudian
aku menyelesaikan gambar yang relatif sempurna dalam ukuran kesesuaian ide
mereka dan aku. Selanjutnya, aku meminta si Nyanyak, bawahanku di Dinas Bina Marga
untuk membuat gambar teknis beserta rencana anggaran biayanya. Sekira tahun
2002, menara itu akan dibangun, tahap pemasangan bouwplank
untuk pemancangan pondasi. Ada perbedaan pendapat sesama panitia seputar lokasi
penempatan menara. Beberapa panitia selain Bang Yusri menemuiku untuk diskusi
penempatan yang benar. “Kalau di sudut depan
bagian timur belahan selatan, mesjid akan tertutup,” kata mereka yang aku
lupa tentang sosok-sosok itu. Aku sepakat dengan mereka, namun tidak memberi komen
keberpihakan khawatir terjadi friksi yang aku juga tidak suka. Pernah aku
membisikkan kepada Bang Yusri, bahwa sebaiknya menara itu ditempatkan di arah
barat belahan utara mesjid. Namun penempatan menara itu tetap dibangun di
tempat sekarang. Setelah sosok menara itu terbangun beberapa tahun kemudian,
banyak hal yang tidak sesuai dengan angan-anganku dari aspek estetika. Tetapi begitulah
tampilan sebuah karya monumental yang seyogianya butuh sentuhan pengendali seni
tatkala pembangunannya. Pada tahun 2007 aku datang bersama panitia dan Om Nawi
(Hasnawi Hasan) untuk melihat penyelesaian bangunan yang tinggi menjulang di
tengah kota sate itu. Aku memaknai proses ini merupakan pembelajaran mahal yang
mesti dipesankan kepada para perancang masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar