Hubungan Plagiat
Dengan Karakter Masa Depan
Razuardi Ibrahim bersama pengajar FT Unsam Langsa 23 Juni 2013, dalam syukuran penegerian |
Aku
cermati dan menyusuri perjalanan beberapa kerabat yang mengaku menjiplak tugas
akhir dari kerabat lainnya. Biasanya, tindakan ini berupa pengambilan karangan, pendapat dan lain sebagainya karya
orang lain untuk dijadikan seolah-olah karangan atau pendapat sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain
atas nama dirinya sendiri. Kebiasan plagiat memang telah lama
dibicarakan kalangan intelektual. Prilaku menjiplak karya cipta orang lain,
khususnya di bidang tulisan ilmiah, merupakan perbuatan tercela dalam dunia
pendidikan. Terlebih lagi, karya hasil pemikiran pihak lain dipublikasikan oleh
orang-orang tertentu sebagai hasil kerja keras plagiator tertentu. Tentu perlu
kajian latar belakang tentang sosok plagiat tertentu agar perjalanan tercela
ini dapat terhenti. Bukan suatu kemustahilan tatkala diteliti tentang proses
pembelajaran sosok plagiator tertentu, banyak hal yang mesti dikoreksi, seperti
pada masa kuliah kerap melobi dosen, menyontoh tatkala ujian, melobi personal
bidang studi untuk menambah jumlah SKS dan lain sebagainya. Umumnya, plagiator
tidak percaya diri untuk menghadirkan ide, takut dipersalahkan.
Razuardi Ibrahim bersama mahsiswa FT Al Muslim usai sidang sarjana, 30 Juni 2013 |
Aku melakukan pencermatan terhadap prilaku
beberapa kerabatku mahasiswa Fakultas Teknik yang berkiprah di birokrasi, sejak
masa kuliah hingga sepuluh tahun pertama di millenium ke-tiga ini. Aku dapati
sosok-sosok sampel plagiator berikut penelusuran karakter dalam proses
pembelajaran seperti diceritakan di atas. Memang masih terdapat deviasi dalam
penetapan sampel-sampel dimaksud, namun dapat diusung ke dalam pendekatan
ilmiah sehingga standar penetapan sosok expart
dapat terkontribusi dari proses. Mereka hanya berpredikat sebagai sosok pelaku
pembusukan karakter bagi yang dianggap pesaing di luar kemampuan teknis
masing-masing. Kondisi ini cukup mengganggu bagi sosok generasi baru expart yang sedang tumbuh dan dianggap
sebagai pesaing. Hal ini perlu dipahami para pihak untuk membangun karakter
bangsa secara umum, melalui perlindungan psikis para generasi baru yang penuh
percaya diri, khususnya di bidang ke-tekniksipilan. Aku membahas hal ini dalam
ragam diskusi bersama beberapa rekan sesama pengajar, dengan kesimpulan
sementara bahwa keberlanjutan yang terjadi sebagai suatu kondisi alamiah
manakala peluang untuk itu tetap terbuka. Oleh karenanya, perlu melakukan langkah estafet terhadap pesan buruk tindakan plagiat kepada generasi baru meskipun hambatan ini masih terlalu besar untuk dihadapi. Katakan pada mereka, "percaya diri lebih utama dari sekadar menyelesaikan proses pembelajaran".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar