Wibawa
Razuardi Ibrahim bersama Triadi Murwata Banda Aceh, 2013 |
Di
tahun 2013, orang masih banyak bercerita tentang wibawa sosok pemimpin dalam posisi
atau predikat tertentu. Prilaku ini berkembang pesat sejak reformasi 1998,
yakni sejak keterbukaan di berbagai sektor menjadi alasan untuk memperbaiki
kinerja aparatur menuju nuansa bersih dan berwibawa. Penilaian publik seperti
ini cukup berpengaruh terhadap kinerja sistem satuan kerja. Tidak jarang pula
satuan kerja dimaksud dilecehkan oleh para stakeholders-nya
akibat tidak mampu memberi solusi terhadap persoalan di lingkungannya.
Seiring
perjalanan waktu kondisi berubah perlahan, kompetensi pemimpin yang menjadi
tuntutan harus hadir di tengah masalah. Tentunya, kompetensi dimaksud merupakan
perangkat kerja pemimpin itu dalam mengambil keputusan solutif seputar
persoalan yang berada dalam kewenangannya. Jika desakan penyelesaian persoalan tidak
mampu diusung dan melimpahkan kepada bawahannya maka proses itu merupakan
pengalihan wibawa yang tidak disadari. Padahal wibawa dapat diaplikasikan melalui
sikap komit melayani berkolaborasi dengan
kompetensi diri. Dalam definisi dadakan wibawa dapat diartikan sebagai komit melayani dengan kompetensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar