Pembodohan
Publik
Di
pertengahan tahun 2013 ini, banyak poster-poster para calon legislatif mulai
terpasang di berbagai sudut kota. Sebagian masyarakat mulai mengomentari
tentang kondisi ini. Aku sering mendengar ocehan masyarakat di beberapa tempat,
khususnya di warung kopi. Mereka mengomentari beberapa poster sosok tertentu
yang pernah menjanjikan sesuatu pada musim pilkada lima tahun silam. Namun menurut
masyarakat tertentu, para calon datang kembali dengan berbagai alasan, bahkan menginformasikan
kelemahan partai lain tanpa mengurangi upaya perbaikan imej terhadap partainya.
Dapat disinyalir dari ungkapan awam bahwa kondisi yang terjadi merupakan
peristiwa rebut pencitraan lewat kepentingan terbungkus. Pergulatan kepentingan
yang terjadi kerap juga menggunakan isu pencitraan lain yang diharapkan dapat
menghadirkan suatu pembenaran terhadap kondisi masa lima tahun lalu. Di samping
itu, kepentingan terselubung diniscayakan menggunakan masyarakat sebagai objek
dari perseteruan. Tidak jarang pula upaya pembenaran yang dilakukan, menggiring
kesimpulan pemikiran ke arah pembodohan di tengah masyarakat. Modus operandi
yang biasa dilakukan antara lain pemutar-balikkan fakta, pengembangan isu tidak
benar, penghujatan terhadap sosok tertentu dan lain sebagainya. Dari ke-semua
modus tersebut, isu dominan yang dikembangkan adalah topik penggapaian
finansial, seperti kemampuan para caleg membawa pulang dana pembangunan yang
besar bagi daerahnya. Artinya metode penggalangan konstituen masih belum
berubah dari musim pemilu lima tahun silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar