Sabtu, 30 Maret 2013

SEJARAH ORGANISASI ALUMNI


Sejarah Cacat Organisasi Alumni

Wisuda FT, 1988
Sejak 2008, aku menemukan kesimpulan baru tentang batas keutuhan seuatu organisasi, meskipun organisasi dimaksud merupakan organisasi sosial yang sarat keterkaitan emosi kebersamaan masa lalu. Organisasi semacam ini biasanya handal dan mampu bertahan hingga emosi hubungan sesama pupus oleh sebab berbagai hal. Dengan kata lain kekuatan emosionalisme anggota mengalami kerapuhan di saat intervensi kepentingan parsial dominan menguasai, terlebih lagi pembiaran kondisi terus saja berlangsung. Kesimpulan ini merupakan kehendak alam yang harus lahir melengkapi teori sosial yang telah bahkan mungkin sudah pernah ada.

Ada baiknya, kondisi perjalanan alumni Fakultas Teknik Unsyiah dicermati dengan pendekatan ilmiah meskipun tidak memenuhi standar baku dari prosedur penelitian. Namun, kesimpulan yang diperoleh dapat memberi pengayaan bagi para pihak yang membutuhkannya. Bukankah berkali kalimat Alquran mengingatkan,”.....afala takfuruuun.....” atau “...afala takqiluuun...,” yang maksudnya dalam bahasa Indonesia,”.....apakah kamu tak berfikir,” “....apakah kamu tak berakal.....”.  Setidak-tidaknya, kalimat ilahiah tersebut dapat menggiring pemikiran semua untuk dapat menyimpulkan keadaan yang sedang dan bakal terjadi berdasarkan kondisi masa lalu. Penggalangan emosi almamater Fakultas Teknik Unsyiah dilakukan pada 1988 dan terzalimi pada 2008, oleh kehendak tendensius beberapa rekan senior. Artinya, dalam rentang waktu 20 tahun organisasi almamater mengalami pencacatan oleh kehendak emosi anggota alumni itu sendiri. Betapa ruh kebersamaan yang dilatarbelakangi pengakuan sesama terhadap sosok tertentu harus tercabik oleh sebuah hasrat menggebu dari kepentingan yang tidak jelas tujuannya, selain penyelamatan prestise yang tidak pada tempatnya. Mungkin banyak pihak tidak sependapat dengan kesimpulan ini meskipun dalam diam, tetapi tidak sedikit pula yang mengakui bahwa pendustaan yang dibangun telah mengikis ke-adiluhungan organisasi berbasis premordial serupa.

Banyak faktor yang menggiring kerusakan hubungan sesama alumni, yang paling dominan adalah i’tikat para anggota. Dalam dekade 25 tahun pertama, emosi alumni dikawal oleh nuansa ke-bapak-an para alumni senior yang saling menghargai sehingga di masa rentang waktu 1963 hingga 1988, banyak lulusan di berbagai instansi dan tempat menyempatkan hadir dalam pertemuan akbar kala itu. Tidak berlebihan jika disimpulkan, keterikatan emosi sangat besar dan mampu membangun opini khalayak, bahwa keberadaan alumni Fakultas Teknik Unsyiah siap mendukung berbagai tujuan rancang bangun infrastruktur di Aceh. Setelah para alumni senior terdahulu memasuki masa purna bakti, bahkan ada yang tutup usia termasuk korban bencana tsunami, kelompok tua bertukar dengan sosok baru. Aku kira alamiah juga adanya, usia tua manusia tidak menjamin pengendalian birahi untuk menguasai yang terkemas dalam penghalalan ketabuan. Ke-tidak ikhlasan senior untuk alih generasi turut memperberat jalannya organisasi, yang pada hakekatnya menghambat estafet organisasi. Tidak ada yang bertanggungjawab terhadap keterusikan emosi yang terjadi, selain pemakluman ketimuran.

Sebagian kawan berkesimpulan, bahwa Mubes Alumni pada 2008, merupakan kecelakaan sejarah melalui pencacatan organisasi para insinyur yang juga produk kehendak alam. Peranan para senior perekayasa untuk membangun pendustaan terlalu kuat berpihak kepada kepentingan yang tidak jelas tujuannya. Secara pribadi aku mencermati para politikus mubes yang berkeras menghadirkan sosok pimpinan bukan alumni Fakultas Teknik Unsyiah punya konsep tertentu yang belum layak tayang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar