Karya Kawula
Mengorbit, 2008 |
Sambung Suara, 2007 |
Mahkota dan Pembersih, 2008 dan 2010 |
Reptil Bali, 2007 |
Banyak karya kawula yang mesti diberi apresiasi oleh berbagai kalangan. Terlebih lagi karya yang mampu menyentuh emosi tersimpan, yang bisa membangun kreativitas baru. Meskipun pada komunitas tertentu, karya terpilih sangat ditentukan selera. Ada yang selera dengan produk bambu, tanah, kain, bahkan dari logam. Namun apapun alasannya, beberapa karya anak bangsa dalam kemasan hadiah di halaman ini merupakan pemicu banyak hal positif.
Cerita Peternak
091206
“Dalam suatu perjalanan di seputar
Kabupaten Bireuen, kerap terlihat di sana-sini lahan yang masih kosong tanpa
tanaman, rumah tinggal, dan fasilitas lainnya.
Melihat kondisi ini wajar saja terlintas pada setiap orang untuk
bertanya sendiri, “ ….mengapa lahan ini dibiarkan kosong ,………..tidak
produktif………..”.
Adalah
seorang peternak yang sedang memotong rumput di kawasan Bukit Teukueh, Kecamatan
Kota Juang, Kabupaten Bireuen, kalau tidak salah Apa Min, begitu ia menyebut
nama dirinya. Lumayan menarik dialog ringan dengan Apa Min ini menyangkut keinginan
membangun ekonomi keluarganya. Dengan
kepolosan yang ada pada dirinya, iapun bebas bercerita dengan bahasa Aceh,
“……..kerja saya sehari-hari ya begini, bangun tidur pergi ke sawah kalau sudah
menanam padi, kemudian sekitar jam sembilan pagi saya ikat lembu dan kambing di
tempat yang masih banyak rumputnya, ……. lantas jam setengah lima sore lepas
ashar seperti sekarang ini saya potong rumput untuk makanan lembu saya di malam
hari……………”, demikian jelasnya dengan semangat kesederhanaannya.
Setelah bercerita panjang lebar sambil menikmati beberapa
batang rokok Apa Min menjelaskan lagi ketika ditanya mengapa lahannya seluas
tiga hektar itu dibiarkan tumbuh rumput
ilalang tanpa ditanami tanaman berguna lainnya, “……..di sini hanya cocok
kemiri,………dan untuk menanami tanaman kemiri ini saya tak punya modal…….”. Ketika disela dengan pertanyaan “…..bagaimana
kalau ada orang yang mau lahan ini dijadikan kebun kemiri seperti yang Apa Min
katakan tapi pembagiannya jelas satu hektar setengah untuk Apa Min dan satu
hektar setengah lagi untuk yang punya modal………………”. Tanpa berfikir terlalu lama
Apa Min meng-iyakan ide ini, “…….saya pikir cocok tapi jangan bagi dua
begitu……………jangan rugi saya, dua hektar untuk saya, satu hektar untuk yang
kasih modal,……….”, demikian analisa Apa Min.
Dari dialog ini terilustrasi bahwa terdapat peluang
membangun ekonomi kebersamaan antara pemilik lahan terlantar dengan pemodal.
Tidak tertutup kemungkinan jika pemodal itu adalah pemerintah daerah tentu akan
diperoleh dua keuntungan secara langsung. Keuntungan pertama adalah terciptanya
kondisi pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu dengan meningkatnya produktivitas
lahan masyarakat yang pada gilirannya mendorong pendapatan masyarakat itu
sendiri. Sementara keuntungan yang kedua adalah penambahan jumlah asset di
pihak pemerintah daerah. Kondisi ini terasa akan mampu membangkitkan pertumbuhan
ekonomi alamiah meskipun diperlukan langkah-langkah pencermatan lebih mendalam
agar tidak ada pihak yang dirugikan sehingga merugikan konsep pertumbuhan
ekonomi alamiah itu sendiri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar