Jika Membuka Usaha
di Bireuen
09072000
Usaha Air Kelapa Muda, Batee Glungku, 2007 |
“Usia
kabupaten ini belum setahun. Namun geliat keinginan masyarakat untuk berusaha
masyarakat di sektor rill cukup dapat dimaknai. Mereka yang hidup diperkotaan
Bireuen dapat digerakkan sekurang-kurangnya dengan empat jenis usaha sektor
rill, yakni usaha kuliner, fasilitas kesehatan, fasiltas pendidikan, dan
penginapan. Kondisi saat ini memang belum memungkinkan untuk kegiatan itu
karena masih dipengaruhi suasana tidak kondusif, sering mogok, dan lain
sebagainya. Pilihan jenis usaha di atas lebih dimaknai dari letak perkotaan
Bireuen yang berada di persimpangan antara beberapa kabupaten”.
Catatan di atas merupakan dialogku pada 9 Juli 2000
dengan Pak Hamdani Raden, Bupati Bireuen kala itu. Beliau menertawakanku, “jangan
pikir itu, negeri masih sepi-sepi saja,” kata Pak Ham, panggilan akrab beliau.
Tapi aku juga menyanggah, “liat saja Pak, nanti,” kataku juga bercanda. Aku
bermaksud agar Pak Ham merelakan aku membuat desain jalan dua jalur di simpang
empat Bireuen agar terlihat kinerja dinasku, Dinas Bina marga, walaupun
anggaran kabupaten sangat minim. Beliau
sepakat, namun katanya, “nyang bek ka meuteu eoh keu beulanja, hana nyan”.
Maksud Pak Ham dalam Bahasa Indonesianya adalah, “yang jangan cerita soal uang,
tidak ada itu”. Memang Pak Ham selalu
berkelakar dalam diskusi dengan kami para kepala dinas.
Salah satu faktor yang membuat aku masih bertahan
di Bireuen yakni keinginanku menyaksikan apa yang pernah aku sampaikan pada Pak
Ham beberpa tahun silam. Aku puas sekali
manakala pada 2007 terlihat bertambahnya bank-bank baru di Bireuen, diawali
dengan hadirnya Bank Mandiri melengkapi empat bank lainnya. Artinya bahasanku
bersama Pak Ham pada tahun 2000 telah menjadi nyata.
Berlanjut, ke-empat usaha yang pernah kuceritakan
dulu mulai bermunculan. Usaha kuliner tumbuh pesat di Matang Geulumpang Dua,
kawasan timur perkotaan Bireuen. Sekolah-sekolah swasta juga mulai menjamur, khususnya perguruan tinggi. Rumah
sakit dan klinik pengobatan maupun bersalin juga tidak kalah dalam
pertumbuhannya. Begitupula dengan hotel-hotel yang siap melayani para tamu
untuk menginap di Bireuen, bertambah jumlahnya.
Suatu ketika di tahun 2008, aku ngobrol-ngobrol
dengan Pak Ham dan aku ceritakan kisah lama tatkala aku bersamanya menjalani
masa sulit, pada tahun 2000 hingga pertengahan 2002. Kusinggung tentang kisah
empat usaha yang pernah kami diskusikan masa itu. “Pane jeut ta pateh barang
kaho, watee nyan mandum boh leupieng,” katanya berolok-olok. Maksud Pak Ham,
“mana boleh kita percaya sembarangan, waktu itu semua kelapa bolong”. Meskipun berkelakar, aku mengevaluasi masa yang
kuceritakan kepada Pak Ham dengan tumbuhnya empat sektor tadi kurang lebih enam
sampai tujuh tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar