Mustafa A Glanggang |
Kawasan Industri Bireuen
Suatu ketika jelang
akhir 2002, Pak Mustafa A Glanggang baru dilantik menjadi Bupati Bireuen,
membentuk tim untuk rencana kunjungan ke Malaysia. Aku juga baru diposisikan
sebagai Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop)
Bireuen. Event Organizer (EO) dalam tim muhibah ini adalah saudara
Sayeed Insa Mustafa, Kepala Bagian Ekonomi Setdakab Bireuen, yang sebelumnya
sebagai bawahanku tatkala aku menjabat Asisten Ekonomi dan Pembangunan.
Perjalanan muhibah ke
beberapa kota di negeri jiran itu berjalan sukses, ditandai sambutan meriah
dari para pejabat di berbagai tempat yang dikunjungi. Tiba pada suatu tempat
yang cukup menarik, aku dan Pak Mustafa terdiam mengagumi upaya pembenahan
ekonomi negara bagian Pulau Penang. Terlihat di sana, suatu hamparan luas yang
ter-kapling-kapling disertai fasilitas jalan, listrik, dan air yang cukup baik.
Ada beberapa pabrik pengolahan yang terbangun dan sudah berproduksi di tempat
itu. “Ini kawasan industri yang baru mulai,” penjelasan pengelola pabrik
pengalengan ikan dan kepiting yang menggunakan lahan kurang lebih satu hektar
di kawasan itu. Orang Cina yang mengelola pabrik itu menyambut ramah dan
menyiapkan ruangan diskusi yang mewah untuk kami. Aku duduk di samping Pak Mustafa dalam
diskusi, sambil sesekali bertanya tentang potensi perikanan Bireuen kepadaku.
Di akhir pertemuan, Pak Mustafa berbisik kepadaku, “lagee nyoe ek jeut ta
peugeot di Bireuen (seperti ini mungkin kita buat di Bireuen) ?,” tanya Pak
Mus, panggilan akrab Pak Mustafa, kepadaku. “Jeut Pak,” jawabku pelan.
Setiba di Bireuen, Pak
Mus memanggilku untuk mengajakku diskusi tentang hal kawasan industri yang kami
saksikan di Pulau Penang. Aku ditemani Sayeed Insa Mustafa mulai menghayal
tentang kemungkinan kawasan industri serupa di Penang dapat hadir di Bireuen.
Sambil terbahak kami bercerita dan mengenang komunikasi yang terhambat dengan
orang-orang Malaysia sewaktu di sana. “Dua hala,” ungkapan membingungkan dan
kami rasa cukup jenaka waktu itu. “Artinya dua arah,” kata Sayeed Insa Mustafa
menjelaskan maksud pejabat Negeri Perak tatkala para pejabat di sana mengajak
membangun konsep kebersamaan dengan Bireuen. Akhir diskusi ringan di pagi
jelang siang di ruang kerja Pak Mus, aku diperintahkannya membuat konsep
kawasan industri di Batee Glungku. “Kalau orang-orang Malaysia datang
berkunjung ke tempat kita, ada rencana yang kita bicarakan,” kata Pak Mus
meyakinkan.
Aku mengerjakan konsep
itu seraya berdiskusi dengan Ivan, seorang konsultan dari Banda Aceh, kerabat
Pak Mus juga. Aku sudah kenal lama dengan Ivan karena dia juga kuliah di
Fakultas Teknik Unsyiah. Praktis diskusi yang kami bangun lancar-lancar saja.
Aku berperan menginventarisir alasan tentang pentingnya suatu kawasan industri
hadir di Bireuen, termasuk keunggulan areal Cot Batee Geulunggku, tempat
kawasan industri ditetapkan. Dalam hitungan bulan desain rencana Kawasan
Industri Bireuen terwujud melalui kerjasama tim Ivan dan rekan-rekan di Pemkab
Bireuen.
aspek sosial politis.
Isu yang dikembangkan oleh pihak tertentu hanyalah seputar program “cet langet” dan pemborosan luar biasa
terhadap keuangan Bireuen. Ungkapan “cet
langet” yang dimaksudkan pihak-pihak yang tidak sepakat dengan Pak Mus,
yakni program khayalan yang tidak mungkin dilakukan. Sementara penyerapan dana
puluhan milyar, seperti isu yang beredar
juga tidak terbukti. Sejak itu banyak tamu yang datang baik dari
dalam maupun luar negeri, menyampaikan niatnya berinvestasi di kawasan industri
Bireuen. Menyikapi hal ini, lazim Pak Mus mempersilahkan para tamu itu
menemuiku untuk berbagai keterangan.
Aku terus
mengembangkan konsep ini meskipun Pak Mus telah mengakhiri masa jabatannya pada
Juli 2007, digantikan dengan Nurdin Abdul Rahman. Masa awal kepemimpinan Pak
Nurdin, aku banyak bercerita tentang konsep ini. Sering juga datang kepadaku
saudara Adli Calok, asal Pandrah yang intens mengusung konsep ini dalam skala
yang lebih besar, yakni dalam skala kekuatan ekonomi Aceh. Aku cukup senang
terhadap respon yang dilontarka Adli Calok dan kawan-kawan ini. Aku bercerita
pada Adli, bahwa konsep Kawasan Industri Bireuen ini cukup sederhana. “Kita
hendak mencoba mengimbangi pertumbuhan ekonomi di belahan barat Bireuen dari
pertumbuhan ekonomi di belahan timur,” kataku. Aku tamsilkan pada Adli tentang
perputaran uang di Bireuen layaknya sebuah kapal. “Jika Bireuen ini sebuah
kapal, tentu dia sudah miring ke timur karena beratnya perputaran uang di kawasan
Bireuen dan Matang Geulumpang Dua,” kataku. “Jadi jika di Batee Geulungku
terjadi kegiatan ekonomi yang hebat, tentu kapal ini akan berimbang,” kataku
disambut sumringah Adli dan kawan-kawan.
Secara teknis aku juga
banyak ungkapkan kepada Adli. “Bagi yang memiliki lahan di kawasan itu, kita
ikut sertakan ke dalam saham-saham di pabrik,” kataku. “Jadi kita berharap agar
tidak ada masyarakat yang menjual lahannya, karena setelah menjual tanah mereka
tidak memiliki pekerjaan lagi,” sambungku lagi.
Rencana
penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bireuen sebagai kekuatan ekonomi pesisir
utara Aceh dalam mendukung
keberadaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) sudah semakin
diperlukan. Tingkat kepentingan dari
rencana ini adalah pertumbuhan ekonomi wilayah dari
sudut pandang nasional, dan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja baru bagi
Provinsi Aceh. Dalam mendukung
rencana ini Kabupaten Bireuen telah menyiapkan lahan kawasan industri seluas
795 Ha dan ketersediaan lokasi pelabuhan laut seluas 100 Ha. Dukungan yang
diperlukan Kabupaten Bireuen adalah
Penetapan KEK melalui regulasi nasional dan Pembangunan prasarana kawasan industri
Bireuen (KIB) untuk mendukung KEK dimaksud.
Suatu ketika, di tahun
2008, aku diwawancarai oleh salah satu media tentang KIB. Aku menjawab apa
adanya, minimal ada pengayaan dalam diri mereka. Kira-kira seperti ini
pertanyaan dan jawaban dari ekspose media tersebut :
judul tulisan wawancara itu,
Menjaring Mimpi di
KIB Bireuen
- Apa konsep Kawasan Industri
Bireuen (KIB) ini sebenarnya?
Secara konsep kawasan industri Bireuen merupakan suatu
penetapan fungsi kawasan yang didukung potensi lahan. Artinya kita sudah harus
mengaitkan keunggulan lahan yang tersedia dengan produktivitas masyarakat
Bireuen sehingga terciptanya pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan barat
Kabupaten Bireuen.
- Lokasi KIB itu sendiri dimana
saja dan berapa total luasnya?
Pada tahap awal, tahun 2006, kita menetapkan KIB itu di Batee Glungku
Kecamatan Simpang Mamplam dan Pandrah. Namun melihat ketersediaan lahan di
beberapa kecamatan maka Pemkab menetapkan lokasi pendukung lainnya pada tahun
2008, yaitu di Kecamatan Juli dan Jangka dalam luasan yang lebih kecil. Luasan areal KIB Batee
Glungku 795 Hektare, Sub regional Juli 16 Hektare, dan Jangka seluas 4 Hektare.
- Mengapa di awal-awalnya Pemda
Bireuen terlihat bernafsu akan terwujudnya KIB ini?
Memang terkesan dibesar-besarkan, tapi itu mesti
dilakukan karena dalam konsep perdagangan dan industri persoalan promosi
merupakan hal penting. Dan tidak hanya tahap awal, sekarangpun jika ada yang
ingin membahas kita siap melayaninya. Kita kan tidak pernah kehilangan apa-apa
dengan ekspose seperti itu, malah banyak orang ingin menyaksikan lokasi itu.
- Selama konsep KIB
didengungkan, sejauh mana realisasi sudah berjalan?
Kita sudah melakukan studi penting untuk itu seperti,
rencana tata ruang KIB, feasibility study, kondisi geologi, pengukuran luas
areal, study sumber daya air, di samping pembentukan badan jalan sepanjang 500
meter.
- Berapa biaya diperuntukkan
oleh Pemda Bireuen untuk KIB?
Sebenarnya, biaya khusus untuk KIB itu sendiri tidak
pernah ada. Kecuali dukungan dari masing-masing institusi seperti Bappeda,
Disperindagkop dan Kimpraswil dengan total keseluruhan 1,5 milyar rupiah sejak tahun 2005 hingga 2008.
- Sasaran apa yang ingin
dicapai dari KIB?
Sasaran yang ingin dicapai ialah, suatu kondisi sinerjis antara
usaha masyarakat dengan produk hasil bumi Bireuen dan sekitarnya sehingga
memberi dampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru disertai penggalian
sumber pendapatan baru daerah.
- Terkesan, program KIB hanya
untuk memuluskan kepentingan pihak-pihak tertentu guna meraup keuntungan,
apa benar?
Benar jika pihak tertentu yang dimaksudkan adalah pelaku
dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah daerah telah menyiapkan konsep dan
pelayanan cukup baik bagi peminat investasi di KIB itu.
- Pimpinan daerah sok sibuk
melayani investor datang, padahal tak satupun yang berminat?
Persoalan minat dan tak berminat itu bukan persoalan
pemerintah daerah, tapi lebih dikarenakan analisis ekonomi yang belum mendukung
investasi dari mereka.
- Kendala KIB saat ini apa?
Kendala utama ya peminat investasi itu sendiri. Kalau para investor
beralasan prasarana pendukung saya kira itu hanya alasan saja. Kita kan bisa
berhitung jika mereka benar-benar serius. Kita tahu juga kewajiban seperti apa.
Kita tidak mungkin melakukan investasi infrastruktur sia-sia, meskipun banyak
pihak juga mengakui konsep dan upaya Pemkab Bireuen membangun wacana selama ini
juga merupakan investasi.
- Kalau tidak ada alokasi dana
khusus, kenapa pemda setempat yakin bersikap?
Kecenderungan orang menilai alokasi danalah yang paling
menentukan keberhasilan suatu rencana. Padahal posisi KIB itu sendiri memiliki
nilai jual yang cukup tinggi. Di samping potensi kreativitas masyarakat Bireuen
yang juga sulit diukur dengan bentuk alokasi anggaran. Ditambah lagi dengan
potensi perkebunan Bireuen beserta kabupaten sekitar. Kalaupun diperlukan,
hanya alokasi anggaran untuk membangun sinerjitas itu. Tapi itupun tidak
perlulah banyak-banyak.
- Bagaimana komentar anda
selaku ketua Bapel KIB jika banyak pihak menyatakan KIB itu hanya impian.
Itu hanya soal waktu saja, yang penting saya tidak
memanfaatkan fasilitas dari Pemerintah untuk membangkitkan ekonomi kawasan dengan
konsep KIB ini.
- Sementara KIB mandeg, kok
bisa-bisanya Pemkab Bireuen menjawab wacana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Sebenarnya antara KIB dan KEK berbeda dalam hal yang
cukup mendasar. KIB mengarah ke tujuan operasional, sementara KEK adalah wacana
regulasi penetapan daerah sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi daerah yang
berhak diraih oleh semua daerah asal siap. Bisa saja KIB menjadi andalan dari
KEK itu sendiri.
Saya ingin menyampaikan kepada seluruh Tki yang bekerja di negeri orang saya Kamarudin seorang TKI DI Malaysia pengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan hamil gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak kebetulan suami saya buka-buka internet, mendapatkan nomor aki katanya bisa bantu orang melunasi hutang melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah jadi saya coba hubungi aki dan minta angka bocoran toto magnum angka yang di berikan 4D ternyata betul-betul tembus 100% bagi saudarah-saudara di indo mau di luar negri apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah anda hubungi aki wowo di nomor 085-328-880-180 silahkan buktikan sendiri aki tidak melayani SMS demi allah saya sudah membuktikan. untuk info lebih jelas Klik: SITUS RESMI AKI WOWO
BalasHapusSaya ingin menyampaikan kepada seluruh Tki yang bekerja di negeri orang saya Kamarudin seorang TKI DI Malaysia pengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan hamil gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak kebetulan suami saya buka-buka internet, mendapatkan nomor aki katanya bisa bantu orang melunasi hutang melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah jadi saya coba hubungi aki dan minta angka bocoran toto magnum angka yang di berikan 4D ternyata betul-betul tembus 100% bagi saudarah-saudara di indo mau di luar negri apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah anda hubungi aki wowo di nomor 085-328-880-180 silahkan buktikan sendiri aki tidak melayani SMS demi allah saya sudah membuktikan. untuk info lebih jelas Klik: SITUS RESMI AKI WOWO