Seni Islami
Perkembangan
motif dalam seni ornamen Aceh telah berkembang sejak lama. Namun
dalam tampilannya sering menimbulkan pertanyaan tentang ragam motif yang
tersaji. Secara umum motif itu meggambarkan tumbuh-tumbuhan (flora) dan terkadang muncul sosok hewan
(fauna). Oleh karena tradisi Islam tidak mengenal sosok hewan dalam seni motif,
tentu perlu telaahan khusus tentang asal muasal infiltrasi motif hewan ini ke
dalam ragam hias Islami.
Dikatakan seni Islami karena
berhubungan langsung dengan praktek-praktek ibadah suci yang didasarkan kepada
akidah dan syariat
Islam. Ekspresi
Islami yang dimaksudkan mudah disaksikan pada hiasan tepi lembaran Al Quran
(iluminasi), sajadah, mimbar, dinding dan pintu mesjid, dan lain sebagainya,
dalam bentuk ornamen.
Penggunaan
materi ornamen juga punya batasan tertentu. Khususnya materi seni yang
mengadopsi ayat-ayat Al Quran. Pensakralan Al Quran dalam pengadopsian
mengharuskan para seniman membuat tulisan kaligrafi dengan benar.
Secara historis, tradisi
gambar iluminasi
dan lain sebagainya, dapat dikaji dalam dua hal sesuai prinsip akidah Islamiyah. Hal ini perlu
dipahami para seniman Muslim, mengingat batasan mengekspresikan kreativitas
Islamiyah haruslah mampu mencegah upaya pendegredasian akidah.
Oleh
karenanya, dapat dinyatakan bahwa ada seni ornamen yang
dibolehkan dan ada
pula yang tidak dibolehkan. Untuk mudah diingat, bahwa seni ornamen yang
diboleh terdiri dari 3K yakni :
·
Keindahan
floramorfik, yakni
pengakomodiran karakter bunga-bungaan
dan tumbuh-tumbuhan
yang divisualkan ke dalam bentuk ornamen penghias;
·
Keindahan
geometrik, yakni seni yang terakomodir sesuai kaidah matematika;
·
Keindahan
kaligrafi Qur'anik, yakni paduan abjad hijaiyah, baik dalam bentuk ayat Al
Quran dengan langgam indah.
Namun
yang tidak dibolehkan
atau terlarang
dapat dikelompokkan ke dalam 5K yaitu :
·
Bersifat
antropomorfik atau
wujud manusia;
·
Bersifat
zoomorfik atau wujud
semua hewan;
Ukiran Kaligrafi di Mesjid Ulee Kareng, Banda Aceh |
·
Bersifat
animistik atau
hewan sesembahan.
Hal ini dapat dipahami dan sering memunculkan khilafiyah seperti pengkultusan hewan-hewan
tertentu yang biasa dikisahkan dalam riwayat masa ke-nabian, salah contoh
riwayat as habul kahfi, dan lain sebagainya ;
·
Bersifat
idolistik atau
ikonografik atau simbol pemujaan keberhalaan;
·
Simbolisme
ideologik yang
dikaji dari lambang paham agama dan pemikiran sosial politik tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar