Aktivis Pekerja Nazaruddin
Nazaruddin (Bang Edt), 1983 |
Panggilannya Bang Edt tanpa banyak yang tau alasan nama
itu melekat padanya. Dia sosok pekerja dalam setiap aktivitas mahasiswa teknik.
Tidak hanya terbatas pekerjaan fisik semata, Bang Edt juga sering mengurus
perizinan untuk berbagai kegiatan tersebut. Hubunganku dengan Bang Edt cukup
dekat, karena aku memang menyeganinya karena tidak pernah aku melihat Bang Edt
melakukan pelanggaran. Dia sering membangunkanku untuk shalat Shubuh manakala
kami begadang main truf bersama. Di kampus, Bang Edt berperan sebagai tempat
mengadu bagi anak-anak baru, termasuk aku saat pertama masuk kuliah. Di saat
informasi perkuliahan tidak begitu jelas karena masih awam, Bang Edt
mengarahkan aku dan beberapa kawan untuk menemui bagian-bagian tertentu di
Fakultas Teknik. Pernah suatu kali, tatkala pihak pengajaran tidak menggubris
kami dalam pengambilan kartu rencana studi (KRS), kami mengadu kepadanya.
Kulihat Bang Edt bangkit dari tempat duduknya di meja catur, di belakang aula
lama untuk menemui petugas pengajaran yang kami laporkan tadi. “Sabar, kata bagian pengajaran jadwal kalian
jam sepuluh,” katanya sambil berpesan kalau mereka tidak layani, Bang Edt
akan ikut dengan kami bersama menemui petugas itu. Padahal Bang Edt waktu itu
belum kenal denganku, kecuali beberapa dari kawanku.
Bang Edt merupakan mahasiswa angkatan 1976, yang
tentunya berbeda angkatan sejarak empat tahun. Kedekatanku dengan Bang Edt
dimulai pada tahun 1981, tatkala aku aktif di majalah fakultas, Kern. Sejak saat itu, Bang Edt sering
mengajakku diskusi tentang banyak hal, khususnya tentang solidaritas. Aku
meyakini waktu itu, Bang Edt sedang membangkitkan motivasi mahasiswa teknik
tentang pentingnya arti kebersamaan. Tidak pernah Bang Edt mengarahkan kami
selaku anak-anak baru kepada hal-hal yang merugikan perkuliahan kami. Dengan
komitmennya yang kuat, Bang Edt selalu diajak berkoordinasi tentang berbagai
rencana ektrakurikuler kampus, selain juga turut bekerja langsung di kegiatan
itu. Hampir semua anak baru mengenal sosok Bang Edt yang memang membutuhkan
perlindungan saat plonco atau Mosma. Pernah dia ditunjuk selaku sosok idola
oleh mahasiswa baru pada saat Mosma 1982, karena tampilannya yang tercemin mengayomi
mahasiswa. Aku lihat Bang Edt menggerakkan mahasiswa ikut kegiatan dengan suara
lambat dan datar, tanpa emosi. Hingga hari ini, aku menyaksikan solidaritas
Bang Edt yang masih terjaga yakni mendirikan konsultan tempat kawan-kawan boleh
bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar