Di Antara Keluhan
Pekerja Seni
Razuardi Ibrahim, Buka Puasa Bersama Pekerja Seni banda Aceh Ramadhan 1433 H, 2012 |
Suatu hari di bulan Ramadhan 1433 H, 2012 M, aku
diundang Mahrisal Murfi untuk buka puasa bersama para seniman di Kota Banda
Aceh dan Kepala Dinas Pariwisata. Aku, Darwo dan Hendra bergegas menuju pantai
Ulelheu, tempat yang dituju. Kami agak terlambat sampai di situ, namun diskusi
seniman belum lama dimulai. Aku disambut ramah oleh rekan-rekan, khususnya
Marisal dan Bang Din Saja yang memang akrab denganku. Ada Ampon Yan,
Keumalawati, Momo, dan beberapa yang lain.
Mereka menyampaikan soal kondisi para seniman Kota Banda Aceh di hadapan
Kepala Dinas Pariwisata Banda Aceh, Reza. Banyak yang mereka keluhkan, namun yang amat
menarik perhatianku keluhan Bang Din Saja. “Hari
ini umumnya seniman miskin semua di Banda Aceh,” katanya. “Hanya beberapa orang saja yang sejahtera,
oleh karenanya bagaimana upaya kita agar seniman tidak mengemis,” lanjut Bang Din Saja lagi. Pertanyaan Bang Din
tidak terulas lebih jauh, namun dijawab gamlang oleh Reza yang sesekali melihat
kepadaku. Aku yakin dia tidak mengenalku, lemparan pandangannya menyiratkan aku
sebagai seniman rentan komplain, akibat kedekatanku dengan Din Saja. Selepas
shalat dan makan, kami berdiri melingkar di luar ruang menanti pulang. Dalam
bincang itu, aku sedikit cerita tentang masa lalu di tahun 1972, di pesta seni
PKA-2. “Waktu itu anak-anak sekolah
menyumbang kertas koran, botol, dan goni untuk terlaksananya PKA-2,” kataku
menyela. “Namun, mengapa PKA-2 mampu
mengorbit semua seniman hingga ke tingkat nasional bahkan internasional,” lanjutku yang disambut ragam komentar dari
mereka. Tatkala bubar, Mahrisal Murfi, kami biasa memanggil Adek Mahlil, mendampingiku
hingga ke mobil sambil berujar,”Pak Reza
nggak tau, bahwa abang Pak Razuardi,” katanya sambil nyeringai.
thanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id