Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-3
Seorang gadis cilik di arena PKA-3, 1988. Bocah seusia ini tentu dapat berkisah tentang perjalanan budaya Aceh ke masa mendatang Aku meyakini anak ini pasti hebat sekarang |
Didasari atas keinginan kuat agar budaya Aceh dapat
menasional, merupakan penggerak utama masyarakat dan Pemerintah Aceh untuk menggelar
kembali PKA-3 setelah 16 tahun vakum, sejak 1972 pada event PKA-2. PKA-3 diselenggarakan pada tahun 1988, di lapangan
Blang Padang, Banda Aceh, pada masa Gubernur Aceh dijabat oleh Ibrahim Hasan. Dalam
narasi penyambutan, hasil yang diharapkan dari event ini, yakni membangun dasar-dasar sejarah dari masa ke masa. Bukan
hanya menyangkut filosofi tradisi yang mendasari pagelaran budaya kali ini,
tetapi lebih dari itu PKA-3 mengusung bahasan tentang masyarakat Aceh meraih
pertumbuhan berbagai aspek di masa depan. Dalam perhelatan ini, masyarakat Aceh
menampilkan lebih dari 80 tarian
tradisional dan kreasi baru. Di samping itu, banyak pula budaya yang sudah
hilang dibangkitkan kembali dan dipakai menjadi kebanggaan bersama.
Biasanya aku hadir dalam event serupa ini, seperti pameran pembangunan dan lainnya, untuk
bekerja mencari uang. Tapi dalam acara besar kali ini aku tidak dapat mengambil
bagian penuh karena sedang menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Teknik Unsyiah.
Namun demikian, ada beberapa kawan yang meminta aku membuat ornamen tulak angen
di stand mereka. Berbeda dengan Rachmatsyah Nusfi yang kala itu mendapat
tanggung jawab mendekor kawasan seluas 11 hektar itu. Banyak juga desain bangunan
yang dibuat Rachmat di arena PKA. “Termasuk
pembuatan pintu gerbang yang aku buat dengan konsep rangka kayu beratapkan
papan,” katanya. Kala itu, perusahaan besar di Lhokseumawe dan wilayah Aceh
lainnya menampilkan informasi tentang kinerja produksi yang menanjak. Tidak
cuma itu, dalam event PKA-3 banyak teknologi pengolahan yang diperkenalkan
kepada khalayak, selain aneka kesenian dan tradisi asal daerah tertentu.
Aku di sela-sela kerja di salah satu stand PKA-3, 1988 |
Perhelatan itu sukses besar, terindikasi ramainya
pengunjung dari berbagai propinsi di Indonesia dan tidak sedikit yang
menyatakan apresiasi luar biasa. Cuaca secara umum sangat mendukung, meskipun sesekali mendung dan hujan. Dari mancanegara pun banyak yang datang,
khususnya tamu dari negara-negara Asean. Promosi untuk PKA-3 lumayan baik dalam
ukuran sampainya informasi pesta budaya ini ke seluruh Aceh sejak se-tahun
sebelumnya, 1987. Secara pribadi, aku bangga saat itu karena tamu yang datang mengagumi kesenian Aceh yang ditampilkan di pentas-pentas acara. Aku juga teringat, pada malam ke-lima, kalau tidak salah, panggung utama patah karena banyak orang naik ke atasnya berlindung dari hujan. "Namun tidak ada yang cedera," ujar Rachmat tatkala bertemu dan membahas masalah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar