Pekerja Rachmatsyah Nusfi
Rachmat, 1983 |
Dia sosok keras hati untuk mempertahankan imej
bahwa komunitas mahasiswa teknik merupakan mahasiswa unik. Dari tampilan urakan,
kecerdasan, keterampilan, dan beberapa imej kejantanan harus melekat dalam diri
mahasiswa teknik. Setidak-tidaknya begitu doktrin yang disampaikan Rachmat
kepada setiap mahasiswa baru yang berdiskusi dengannya. Kalau semua berfikir
objektif, Rachmat-lah yang layak menjadi simbol mahasiswa teknik. Jauh dari kesan cengeng dan cukup mandiri
untuk mengatasi masalah kegiatan mahasiswa pada masa itu. Hampir tiada kata tidak
sukses dalam setiap kegiatan mahasiswa yang terlibat dirinya. Aku sendiri
banyak mendapatkan motivasi dari Rachmat, khususnya dalam mencari uang lewat
pembuatan spanduk dan membangun stand pameran. Tidak sedikit kawan-kawan dari Parte Buruh yang bergantung pada
keputusannya untuk ikut bergabung. Suaranya lantang, keras dan tegas dalam
mengelola kawan-kawan untuk mensukseskan berbagai kegiatan mahasiswa teknik.
Di setiap acara camping
mahasiswa teknik, Rachmat selalu hadir dan menempatkan diri pada posisi
mempersiapkan lokasi berikut spanduk yang dibuatnya. Tidak hanya itu, Rachmat
juga tidak enggan melakukan kerja keras lainnya seperti menggergaji kayu,
memasang tenda, memanjat pohon, dan lain sebagainya. “Harus sukses,” kata Rachmat tatkala membangun kawasan wisata
pantai Ujong Batee. Di lingkungan kampus Unsyiah, goresan Rachmat mudah dikenal
dan memberi dampak terhadap imej bahwa anak-anak teknik itu juga seniman. Kadang
kala Rachmat menggunakan sepatu kulit sebangsa lars dengan jeans supak lengkap
dengan oblong murahan, duduk di kantin. Rekan-rekan datang mendekat satu per-satu
meramaikan tempat itu seraya memesan kopi pancung yang murah meriah.
Rachmat, 1983 |
Hampir dapat dipastikan setiap diadakannya kegiatan
ekstra kurikuler, camping atau pesta kesenian kampus, Rachmat mesti diajak
kompromi. Banyak logo kegiatan mahasiswa yang didesain Rachmat seperti logo
Leha-leha, Leuser, majalah Kern dan lain sebagainya. “Meskipun banyak yang klaim bahwa karya itu bukan aku buat,” kata
Rachmat di Jakarta, 26 Nopember 2011. Beberapa seniman kerap membantahku
tentang kreativitas Rachmat di kampus dan menganggap aku terlalu fanatik
terhadap Rachmat karena memang dalam setiap event aku selalu berada di bawah
kendalinya. Tapi aku berani buktikan bahwa Rachmat banyak meninggalkan karya
baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik seperti imej kebersamaan. Banyak lagi
kisah Rachmat selaku pekerja yang tidak tercatat sebagai kontribusi terhadap
imej, bahwa kampus teknik memang keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar