Obsesi Pak Karim di Kantor Bupati
Kantor Bupati aceh Utara, 1993 |
Pada tahun 1993, tatkala baru memasuki Kantor
Bupati Aceh Utara, Pak Karim melakukan observasi keliling lingkungan kantor dan memeriksa
semua ruang kerja. Para pejabat sekretariat membuntutinya di belakang, untuk menjawab
tanya jawab tatkala diperlukan seketika. Aku juga ikut serta diajak rekan di
Bagian Pembangunan Kantor Bupati yang juga khawatir kalau-kalau ada pertanyaan
menyangkut konstruksi kantor itu. Wajah
Pak Karim serius dengan kerut di dahi tanda berfikir keras untuk menyimpulkan
sesuatu, seraya memperhatikan tumpukan kertas dalam ikatan dokumen lama di luar
lemari. Beberapa kepala bagian memberi alasan terhadap kondisi kantor yang
semrawut. Sekira setengah jam berkeliling, Pak Karim menuju ruang kerjanya
seraya berujar, “kantor ini mesti kita
bangun segera.” Menurutnya, Kantor Bupati Aceh Utara merupakan simbol
daerah yang harus nyaman melayani masyarakat. “Oleh karenanya, kantor harus menarik dan mudah dijangkau masyarakat,” katanya
berkomentar.
Kantor Bupati aceh Utara baru, 1996 |
Waktu itu aku juga belum berani berdiri dekat Pak
Karim, karena beliau masih menerima masukan dari orang-orang dekatnya yang juga
aparatur daerah, seperti Om Ki, panggilan akrab Marzuki Hasybullah, adik
kandung Pak Karim yang pada masa itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pendapatan
Daerah. Banyak juga orang-orang bertamu ke tempat Om Ki, dengan tujuan
bermacam-macam. Aku dan Om ki sudah lama berhubungan baik, sejak beliau
menjabat Kepala Bagian Pembangunan Setdakab Aceh Utara. Hubungan itu tidak
lebih dari keterkaitan kerja, khususnya dalam hal penyusunan laporan
pembangunan berkala.
Pada tahun anggaran 1994/1995, tatkala aku ditunjuk
sebagai pemimpin proyek IPJK, aku mulai sering dipanggil ke pendopo. Pada waktu
mula-mula ke pendopo aku merasa canggung sekali, tatkala bertemu Pak Karim yang
rada acuh kepadaku. Kali berikutnya, Pak Karim bertanya tentang alasan jalan
banyak yang rusak. Aku bercerita tentang aspek teknis yang belum pernah beliau
dengar sebelumnya sambil berkisah lucu. Hubunganku semakin akrab setelah Rima,
anak Pak Karim menjelaskan bahwa aku keponakan Pak Binsari. Kisah-kisah yang
kami ceritakan bergeser ke masa lalu, tatkala aku dan adik iparnya Kiki dihukum
oleh Pak Karim karena mandi di kali, di tahun 1974. Akhir pertemuan pada suatu
malam yang lain, Pak Karim mengajak cerita tentang arsitektur Aceh berikut
motif dan warna. “Kita akan renovasi
Kantor Bupati,” katanya.
Dalam waktu yang tidak lama, staf Bagian
Pembangunan Kantor Bupati menemui kerabatku di konsultan PT Pilar Teguh
Perkasa. Staf itu menitip pesan Pak Karim, agar nanti malam ke pendopo
membicarakan konsep kantor bupati. Maimun, direktur konsultan tersebut meminta
aku turut serta karena masih sungkan dengan Pak Karim. Aku mengikuti permintaan
itu dan sharing untuk mengilustrasikan bentuk serta ornamennya. Sejak saat itu
Maimun intens berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan rencana
Pak Karim. Arsitek yang terlibat penuh dalam desain kantor itu Rachmatsyah
Nusfi, Adi Safyan, dan T Faisal. Obsesi Pak Karim semakin dominan dalam
penyelesaian kantor tersebut dan aku sering lihat beliau gusar tatkala desain
yang diharapkan belum selesai. Pada tahun 1996 kantor itupun rampung, mengubah
imej kawasan jalan T Hamzah Bendahara Lhokseumawe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar