Pendidik Muhammad
Ali Ismail
M Ali Ismail, 1988 |
Pada tahun 1980 saat aku baru masuk kuliah, Ir M
Ali Ismail, M Eng, menjabat Dekan Fakultas Teknik Unsyiah. Aku baru bertemu
dengannya di smester 4, pada pelajaran Mekanika Tanah 2 dan praktikum. Sosoknya
simpati, kerap tertawa tatkala bertanya kepada kami dan mendengar jawaban yang
keliru dari kami. Hampir semua mahasiswa menyeganinya karena beliau komit
terhadap ucapannya. Selain itu, beliau sangat tulus memberi penjelasan terhadap
konsep materi kuliah yang diajarkannya kepada kami. Aku sendiri sangat terkesan
terhadap konsep kemandirian yang sering diajarkan kepada kami. “Apakah kalau kita tidak memiliki alat ukur,
lantas kita tidak boleh mengukur,” kira-kira begitu kata Pak Ali kepada
kami di ruang belajar Laboratorium Mekanika Tanah, pada suatu ketika. Kami
terdiam mendengar kalimat seperti itu, lantas,”kita buat metode sendiri dengan standar yang berlaku seperti panjang,
waktu, dan temperatur,” katanya
lagi. Memang Pak Ali mampu menggerakkan pola pikir banyak mahasiswa yang
dibimbingnya sehingga lebih berani mengatasi masalah.
Sebagai Ketua Laboratorium Mekanika Tanah (Mektan),
Pak Ali banyak membuat alat ukur sendiri, salah satunya alat ukur
permeabilitas. “Standar tetap mengacu
kepada penemu terdahulu,” katanya. Dengan keberanian Pak Ali mendesain
beberapa alat pengujian tanah, banyak jenis pengujian tanah yang dapat
dilakukan mahasiswa di Laboratorium Mekanika Tanah. Kondisi ini cukup membantu
mahasiswa yang mengikuti matakuliah Mektan. Tidak cukup dengan itu, Pak Ali
juga membuat buku pedoman praktikum yang bertujuan memudahkan mahasiswa.
Buku Pedoman Praktikum Mektan Karya M Ali Ismail |
Para petugas laboratorium juga cukup patuh dan
banyak menyerap ilmu dari Pak Ali. Mereka cukup terampil mengarahkan bahkan
membimbing mahasiswa tatkala praktikum dalam suasana keakraban. Ada Bang Saleh,
Junaidi, Kak Nur, Kak Jur dan Bang Muhadi yang cukup betah menunggu mahasiswa
praktek hingga sore. Aku berfikir bahwa mereka juga merupakan pahlawan
pendidikan yang memberi banyak kontribusi terhadap lahirnya para ahli teknik
yang baru.
Dalam membimbing pembuatan laporan, Pak Ali cukup
lelah menambah pelajaran Bahasa Indonesia yang baik bagi mahasiswa. “Laporan yang kita buat mesti dapat
dimengerti semua orang yang membaca,” kata Pak Ali. “Oleh karenanya, gunakan Bahasa Indonesia yang baku sesuai standar yang
berlaku,” lanjutnya. Hampir tak pernah Pak Ali mematahkan semangat mahasiswa
dalam bentuk apapun, kecuali manakala mahasiswa tertentu melakukan kecurangan.
Suatu kali, Rachmatsyah tidak dapat menyerahkan laporan tugas akhirnya sesuai
jadwal yang telah disediakan Pak Ali karena mahasiswa bimbingannya ini sibuk
bekerja di Blang Padang, menyelesaikan arena PKA-3. “Anda pilih salah satu, menyelesaikan tugas akhir atau PKA,” tanya
Pak Ali. “Dua-dua pak,saya tidak punya
uang untuk selesaikan kuliah,” jawab Rachmatsyah disambut cengang Pak Ali
ke wajah Rachmat. Karena Pak Ali kerap memberi pencerahan kepada kami tentang
konsep “jangan merugikan orang,” Pak
Ali berupaya memberi solusi terhadap kasus Rachmatsayah. “Kalau begitu saudara atur jadwal konsultasi sendiri dan dibimbing oleh
beberapa rekan yang telah yudisium, serta beli buku Bahasa Indonesia dengan
Ejaan Yang Disempurnakan,” kata Pak Ali. Rachmat-pun menerima solusi ini dengan senang hati.
Selaku Ketua Program Bidang Studi Geoteknik, Pak
Ali banyak membantu mahasiswa dalam membuat outline tugas akhir. Tiada sukar
bagi Pak Ali dalam membangun pola pikir mahasiswa yang mengkonsultasikan judul
tugas akhir berikut sistematika penulisan. Setelah beberapa kali intens bertemu
dengannya, biasanya mahasiswa telah mampu mengembangkan tulisannya sendiri. Banyak
lagi karya Pak Ali yang belum terungkap untuk membantu mahasiswa menyelesaikan
studi. Semoga niat dan upaya Pak Ali untuk kebaikan civitas akademika Fakultas
Teknik Unsyiah menjadi amal di sisi Allah SWT.
"Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama." Orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Terima kasih atas penilai postifnya terhadap ayahanda kami, "zul syukri ali ismail"
BalasHapus