Aku lihat pada 10 Pebruari 2013, jembatan Abu Nawas
ada juga di Kawasan Pusat Pemerintahan Putrajaya, Malaysia. Jembatan gantung
berbentang lebih 200 meter itu belum bisa dilewati karena terputus pada oprit
bagian timur yang belum selesai. Kontsruksinya terlihat cukup kokoh dan dari
aspek estetikanya pun terkesan mampu membangun keasrian kawasan. Tatkala
melintas di seputaran jembatan itu, sontak aku meminta Darma untuk kembali ke
lokasi waktu pulang nanti. Sekira pukul 14.00 waktu Kuala Lumpur, kami kembali
dan Darma menuruti permintaanku untuk melihat jembatan itu dari dekat dan
bertanya kepada Pak Hamdan Sati, tentang bilamana jembatan ini dibangun.
Menurutnya, ia telah melihat jembatan ini sejak dua tahun lalu tatkala
berkunjung ke tempat itu.
Jembatan Putrajaya, Malaysia, 100213 |
Pemandangan itu mengingatkanku tentang jembatan
Loskala, Lhokseumawe yang aku rencanakan bersama Pak Karimuddin Hasybullah,
Bupati Aceh Utara, tahun 1996. Karena jalan pada jembatan itu hanya berupa
tanggul tebat, banyak para pihak di Lhokseumawe yang memperolok-olok bahwa PU
membangun jembatan Abunawas, tak ketinggalan pula ekspose media lokal yang
memuat komentar insinyur senior di lingkungan Pemerintah Kabupaten. Padahal,
pada awal tahun 1999 jembatan itu telah berfungsi untuk melayani masyarakat
Kota Lhokseumawe karena jembatan keluar kota yakni jembatan Cunda tak bisa
dilalui.
Menyaksikan keberadaan jembatan Putrajaya yang juga
Abunawas, tentu mengingatkanku tentang kejadian masa lalu terhadapku. Aku berfikir tentang kemungkinan dibangunnya jembatan
Abunawas di negeri jiran ini, yakni ingin
seperti Lhokseumawe. Selanjutnya, aku berfikir lagi bahwa para seniorku
pemberi komentar tentang jembatan Abunawas Loskala di tahun 1998 merupakan para
insinyur yang perlu di-insinyurkan lagi. Namun, aku terhibur manakala seorang
rekan dalam kunjungan berkomentar, “kita
lebih dulu membangun konsep jembatan Abunawas dari Putrajaya,” ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar