Prolog Sefney Dorrys, dari
That Afternoon
Maaf aku lebih banyak
curhat di sini, aku enggan mengurai kembali kata dan sosok wajah sendumu pada
minggu terberat kita kemarin. Untuk itu, aku lebih suka menebar apa yang menyesakkan
hatiku untuk kau tahu, terserah setelah itu kau biaskan tanpa arah. Bagiku,
kepuasan untuk berkata-kata jauh lebih bermakna. Zel, banyak pelajaran dan pengalaman yang kupetik selama kita mengenal dekat,
akrab hingga bergumul erat. Satu-persatu kupelajari, kuteliti hingga aku yakini
kebenarannya. Dengan desain kau tata gerak langkahmu yang kini mulai kugarisi
dalam kehidupanku. Ternyata, banyak hal yang belum kusibak dengan penuh
pengertian. Kehadiranmu sungguh
menguapkan selaksa beban di dadaku, selalu aku ingin mendengar kau ucap kata
cinta, sayang juga rindu yang bertubi-tubi padaku, di mana saat itu dengan
leluasa aku bisa mencurahkan kasih sayang sarat letupan. Kondisiku berubah
drastis di sampingmu, ingin rasanya tak sedetikpun kulewati tanpa kehadiranmu,
yang kuyakini akan selalu, terus dan selamanya bermakna untuk kita jalani. Tak pernah kita kehabisan
kata-kata dalam semua hal dan semua cerita yang kita lahirkan dalam setiap sua.
Kondisi kantor mendukung kita untuk salurkan itu semua, kendati sesekali
kerisauan dan ketakutanmu menyergap. ”Kalau was-was begini jadinya, lihat ni
engga mau geming,” tunjukmu pada mainan tersangkut yang sangat kusayangi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar