Kebersamaan Produk Masa
Spanduk Karya Rachmat menjadi simbol kebersamaan, 1983 |
Pergaulan lintas angkatan di Fakultas Teknik berkembang
pesat pada tahun 1982. Sebelumnya, pergaulan
yang dominan terbatas pada angkatan tertentu atau kelompok asal daerah di
asrama tertentu. Pada awal aku masuk Fakultas Teknik, Juni 1980, masih terlihat
nuansa para senior angkatan tertentu bergabung sesamanya. Mereka asyik
berbicara tentang kualitas rekan mereka seangkatan dan tak jarang pula saling
debat untuk menentukan sosok yang lebih baik. Pada Januari 1981, aku pernah mengunjungi
kelompok angkatan 1979 di Blower, Banda Aceh, diajak tetanggaku, Marnodastrinto
yang juga mahasiswa angkatan tahun itu. Di rumah salah satu rekan mereka itu,
suasana saling debat terhadap ketidakpuasan hasil pengumuman menghiasi
pertemuan non-formal. Pada gilirannya, mereka menyatakan peringkat mahasiswa
terbaik di angkatan itu tanpa alpa memberi penilaian terhadap karakter
masing-masing. Berberapa komentar beredar saat itu yang masih kuingat seperti, “ah payah
dia, kalau bukan orang kampung dia, dia tidak mau belajar dengan kita,” atau
“mana mau dia gabung dengan kita, tidak
selevel dengan dia,” dan lain sebagainya yang mengindikasikan kuatnya
kelompok kecil di berbagai angkatan. Bila musim ujian smester-an, terlihat
kelompok-kelompok mahasiswa yang mencari tempat duduk berdekatan sesama teman dekatnya
se-angkatan. Minimal dapat saling bisik untuk mengatasi kesukaran ujian yang
memang benar-benar sulit kala itu. Tak jarang para senior mematahkan
semangatku,”kalau baru satu kali ambil
mata kuliah ini biasanya tidak lulus,” kata seorang senior padaku. Lantas
Marnodastrinto memberi aku semangat,”jangan
kau dengar kata-kata itu, dia memang tidak bisa apa-apa,” katanya setengah
berbisik.
Secara alamiah dan umum, pertemuan antar angkatan
terjadi akibat interaksi intens dari suatu kepentingan untuk meluluskan
matakuliah tertentu. Interaksi untuk kolaborasi dikarenakan perubahan kurikulum
di seluruh universitas negeri di Indonesia, yakni diberlakukannya sistem kredit
smester (SKS). Dampak dari pemberlakuan ini, para senior yang belum meluluskan
matakuliah tertentu pada smester sebelumnya mau-tidak mau harus bertemu dengan
para junior dalam ruang belajar tententu pula. Sebenarnya, gejala interaksi
antar angkatan sudah mulai terlihat pada 1981, smester genap, tatkala fakultas mengumumkan akan
memberlakukan kebijakan penertiban kelulusan bagi seluruh mahasiswa, termasuk
penggabungan 2 mata kuliah tertentu dijadikan 1 mata kuliah dengan SKS yang
disesuaikan.
Banyak para senior yang kembali ke kampus
berkolaborasi dengan mahasiswa baru untuk mengulang matakuliah bersama “anak baru”, yakni mahasiswa angkatan
1980 dan 1981. Tahun-tahun berikutnya, masuk “anak baru” lain seperti mahasiswa angkatan 1982, 1983, dan
seterusnya. Pergaulan lintas angkatan semakin menjadi keniscayaan dan kekuatan
baru dalam berbagai aktivitas ekstra kurikuler mahasiswa teknik. Sebagian kawan
boleh saja membantah dalam berbagai diskusi ringan dan non-formal, tetapi
manakala dirunut hubungannya dengan mahasiswa tertentu di lain angkatan jelas
terindikasi bahwa hubungan yang terjadi bermula dari sharing belajar sama. Konon lagi, pada mata-kuliah praktikum yang
harus antri seperti praktikum bahan bangunan, mekanika tanah, ilmu ukur tanah,
dan lainnya, mahasiswa senior harus bergabung dalam grop-grop praktikum bersama
“anak baru.” Trent kebersamaan mahasiswa teknik menuju
puncaknya pada tahun 1988 dan perlu dicermati kesudahannya. Pada kondisi saling
berkepentingan seperti inilah, ikon kebersamaan disimbolkan ke dalam Parte Buruh yang mampu menggalang
kekuatan ekstra kurikuler dalam banyak hal. Kebersamaan
produk masa ini relatif sulit diraih kembali, mengingat semangat
individualistik lebih kuat membelenggu akibat kemudahan peralatan elektonika
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar