Jumat, 18 Januari 2013

HAMA TANAMAN


Menanti Penyuluh Profesional

Serangan hama arthona pada kelapa di Bireuen, 2010
Musibah hama penyakit tanaman di Kabupaten Bireuen semakin mengkhawatirkan para petani di daerah ini. Pasalnya, penyakit tanaman yang kerap dikeluhkan petani saban waktu kepada pihak pemerintah tak pernah tertangani. Setidak-tidaknya begitu ungkapan M. Adli, 32, seorang petani sekaligus pedagang pestisida dan pupuk di Kecamatan Juli, KM 5, Bireuen.  “Pihak penyuluhan pertanian kelihatannya tidak memahami tentang penyakit tanaman serta cara mengatasinya,” kata pria tinggi besar yang aktif membangun kerjasama kelompok tani di lingkungannya. Menurut Adli, hama pengkerek batang telah merambah beberapa tanaman keras. “Kalau dua atau tiga tahun lalu hama pengkerek hanya menyerang pohon mangga,” katanya. Dia melaporkan juga tentang ancaman hama pengkerek terhadap pala dan kakao. “Ciri-ciri penyerangan hama ini cukup jelas, pertama ujung daun terbakar, batang atau cabang keropos, lantas kering dan mati,” jelas  Adli yang akrab disapa Om Ibel. Kasus lain yang dikeluhkan petani yang belum tertangani dengan tuntas yakni hama layu fusarium yang menyerang pisang. “ Ciri-ciri penyakit ini yakni pucuk layaknya terbakar, sekujur batang layu menguning, inti batang membusuk, hingga mati, “ kata Adli. Ditambahkan Adli, pada pertengahan 2010 hama ini menggejala hampir di seluruh Bireuen dan berakibat kepada produksi pisang menurun. Lain lagi hama yang menyerang tanaman naga. “Memang tanaman jenis kaktus ini baru populer di tempat kita, namun telah memiliki pasar yang bagus,” kata Adli. Sayangnya, belum lagi buah itu menjadi andalan petani dalam skala kecil saja, hama sejenis antraknose menyerang dengan mematikan. “Cirinya, pada bagian batang berlubang sebesar uang logam dan mengeluarkan cairan,” katanya bersemangat. “Kalau hama artona yang menyerang kelapa, kita sudah lelah melaporkan,” kata Adli. Menurutnya, ciri-ciri pohon kelapa yang terserang hama ini yakni, daun mengering yang tinggal hanya lidi, produksi buah menurun, dan kebiasaan pucuk hangus layaknya terbakar. “Gejala kepunahan pohon kelapa di Bireuen berkisar 20 hingga 30 persen,” taksir Adli, sembari menjelaskan bahwa dalam sepuluh pohon kelapa, dua hingga tiga di antaranya terkena artona. Mengomentari berbagai keluhan rekan sesama kelompoknya, Adli meyakinkan bahwa kesemua ancaman hama tersebut dapat ditangani. Hanya saja, menurutnya, pemerintah daerah juga harus meningkatkan kepedulian dalam hal ini. “Masyarakat petani saat ini bingung, apakah dinas tidak mengerti, atau kurang fasilitas sehingga tidak pernah peduli terhadap kegagalan petani,” keluh Adli seraya berharap, “Penyuluh sudah harus profesional,”  tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar