Kamis, 03 Januari 2013

PE KA A - DUA


Pe Ka A-Dua

Razuardi Ibrahim bersama Udin Pelor, Desember 2012
 Mencermati perjalanan seni-budaya Aceh di masa millenium ke tiga ini, tentu tidak salah dilakukan kilas balik kegemilangan kinerja seluruh komponen seniman  puluhan tahun silam. Event seni-budaya Aceh bernama Pekan Kebudayaan Aceh Ke-dua (PKA-2) yang diselenggarakan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, sebutan Pemerintah Aceh waktu itu, pada 1972. Banyak keberhasilan diraih Aceh dalam aspek ini, produk PKA-2.  Padahal banyak kesulitan yang dirasakan para penyelenggara masa itu, satu di antaranya finansial. Namun keinginan dan kebersamaan seluruh elemen masyarakat cukup kuat untuk mendulang sukses luar biasa.

Bagi murid Sekolah Dasar ketika itu, sekarang dapat mengomentari tentang suasana gegap gempitanya pesta budaya yang dirasakan sebagai milik publik. Hampir semua murid bercita-cita untuk berkontribusi terhadap keberhasilan PKA-2  melalui caranya masing-masing. Pengumpulan koran bekas, botol-botol limun, bahkan goni dan karung tepung bekas disumbangkan para murid di tahun itu untuk mendapatkan dana pendukung penyelenggaraan pesta budaya seluruh Aceh. Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, tempat event akbar itu diselenggarakan menjadi pusat perhatian banyak kalangan, khusunya seniman, budayawan, dan turis manca negara.

Banyak seniman daerah berkumpul di sana, tidak terbatas dewasa, yang muda pun tidak ketinggalan. Komponis, pelukis, penyair, musisi, penata tari, dan seniman otodidak tradisional memperoleh pengakuan umum atas karya yang mereka hadirkan. Kabupaten dan kota yang disebut Daerah Tingkat II pada masa itu tidak banyak, yakni delapan kabupaten dengan dua kotamadya. Pemerintah kabupaten terdiri dari  Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Barat, dan Aceh Selatan. Sementara dua kotamadya, yakni Kotamadya Banda Aceh dan Sabang. Kesemua daerah tingkat dua tersebut menampilkan para seniman serta kekhususan seni budayanya masing-masing.  

Hampir semua seniman dan budayawan yang menyaksikan PKA-2 mengakui hebatnya event seni-budaya Aceh yang diselenggarakan selama lima belas hari itu.  Suatu kehebatan luar biasa yang dapat dicermati hingga akhir tahun 1990-an, yakni masih dikenalnya  para seniman produk PKA-2 dalam kancah nasional. Artinya, PKA-2 mampu mengorbitkan seniman Aceh seperti  Adnan PEMTOH, Udin Pelor, Abdullah Radja, dan lain sebagainya, ke tingkat nasional bahkan Asia Tenggara.

Begitu pula para komponis, musisi, dan pelukis yang  tidak kalah kontribusinya dalam arena bergengsi yang cukup mengundang perhatian kalangan seni dunia itu. Komponis seperti Teuku Djohan, Anzib Lamnyong, Chalid Ibrahim, beberapa yang lain, banyak memproduksi syair-syair indah. Pola pikir hampir seluruh seniman Aceh, yakni mengorbitkan budaya Aceh ke luar daerah sehingga karya anak negeri di ujung barat Indonesia ini mampu bersanding dengan budaya lain di nusantara. Pelukis terkenal yang terorbit lewat PKA-2 di antaranya Round Kelana, M Yunus, Sekarlati, serta lainnya.

Ada suatu syair yang cukup dikenal para murid SD kala itu karena sebagian besar  murid diikutkan dalam paduan suara massal, dikenal dengan aobade.

Dalam gemilangnya sejarah
Sultan Iskandar Muda
Banyak ahli pandai menempa
Rakyat giat bekerja

Hasil banyak berlipat ganda
Makmur tiada tara
Rakyat rukun damai bahgia
Negara sejahtera

Marilah kita membina
Budaya Aceh nan jaya
Menuju masyarakat
Adil makmur sentosa

Namun karya dan keberadaan mereka mulai terlupakan oleh kompetisi zaman yang sarat pengaruh tradisi masyarakat dunia. Terlebih lagi, keberadaan budaya Cyber akan menggeser kesulitan akses kunjungan, seperti kunjungan ke artis tertentu dan budaya tertentu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar