Senin, 14 Januari 2013

TRADISI BAKAR IKAN


Tradisi Bakar Ikan

Bakar Ikan di Mes Benfica, Pulo Ara, Mei 2012
Bakar ikan merupakan hal biasa yang memang sudah dilakukan sejak manusia mengenal api.  Berabad-abad yang lalu, api yang juga sumber energi diperoleh melalui penggesekan batu dengan batu, batu dengan logam, atau logam dengan logam. Dengan ditemukannya api, berkembang pulalah keterampilan memasak dari manusia. Namun tradisi bakar ikan yang memang pengolahannya hanya sebatas membakar ikan terus berkembang yang membangun tradisi baru untuk meracik bumbu pelengkap, terlebih lagi pada kaum nelayan dalam kesehariannya. Keadaan ini berkembang juga dalam masing daerah di Indonesia. Tidak sulit membuktikan itu, yakni dengan mengecap perbedaan sambal atau pelengkap santapan ikan setelah dibakar.

Di tahun 1970-an, tradisi bakar ikan berkembang ke komunitas tertentu, khususnya dilakukan anak-anak Pramuka saat camping. Terus berlanjut kepada komunitas pemuda lainnya yang mengharuskan bakar ikan saat bermalam di suatu tempat. Di tahun 1990-an hingga 2000-an, tradisi bakar ikan telah merambah ke komunitas elite tertentu dengan agenda pertemuan tertentu.  Biasa pula event bakar ikan ini menjadi ikon pertemuan yang menutupi maksud pertemuan. Bakar ikan yang lebih berorientasi silaturahmi dan membangun keakraban sosial terkemas rapi hingga komunitas undangan mengetahui makna bakar ikan di tengah-tengah acara, bahkan di penghujung. Salah satu contoh yang berkembang saat ini, yakni saat sosok tertentu hendak mengusung diri menjadi kandidat eksekutif atau legislatif, menjadi calon anggota DPR, Bupati, Rektor, Kepala Desa, dan lain sebagainya. Artinya, pada millenium ke tiga ini makna bakar ikan cukup efektif untuk menggalang dukungan awal atau menyebarkan isu awal. (150113)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar